"Junaedi, Junaedi. Kamu gak usah bohong lagi! Aku sudah tahu kok."
Junaedi terdiam mendengar perkataan Joni. Rahasianya telah terbongkar. Ia yang begitu merahasiakan cita-citanya, tiba-tiba diketahui oleh Joni. Melihat dari semangat juangnya berharap menjadi jaksa, Joni mengajak Junaedi ke suatu tempat.
Jalanan menjadi saksi perjuangan Junaedi. Di suatu tempat yang sudah tidak asing baginya, Joni mengenalkan Junaedi kepada saudaranya yang bekerja di tempat itu dan menjelaskan tujuan mereka.
 "Junaedi. Jika kamu jadi jaksa di tempat ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya seseorang yang menurut Junaedi adalah seorang hakim tertua. Ternyata, Joni mengajak Junaedi ke sebuah pengadilan di desanya.
 "Jika saya jadi jaksa di tempat ini, maka di desa ini tidak ada permasalahan-permasalahan lagi. Karena saya ingin desa ini tentram dan damai. Sudah ratusan buku tentang pengadilan saya baca. Meskipun saya tidak kuliah hukum, saya tahu mulai dari akar hingga bijinya."
 Junaedi tidak sombong. Ia meyakinkan hakim tersebut agar ia bisa diterima menjadi seorang jaksa. Namun, hakim tidak percaya begitu saja. Puluhan studi kasus telah hakim lontarkan kepada Junaedi.Â
Hebatnya, Junaedi bisa menjawab dengan tepat semua studi kasus yang diberikan oleh hakim. Dari sini, Junaedi percaya bahwa tidak harus sekolah tinggi-tinggi untuk meraih cita-cita, cukup dengan membaca dan mempelajari apa yang ia mimpikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H