Beruntung, saya punya bu ryan, yang sangat persisten dan konsisten untuk terus ingatkan agar lekas selesaikan. Ia melecut, masih banyak rencana-rencana di depan yang perlu disongsong. Ia memecut, kalau tak kunjung rampung, bagaimana urusan lain tergapai.
Bahkan ia turun gunung. Ikut langsung koreksi tesis saya.
Bapak-Ibu terus semangati. Lalu ingat, dulu Bapak juga kuliah sambil kerja, dan lulus. Saya mosok kalah.
***
Tak mau digerus waktu, usai mandheg sebentar, saya giatkan kembali konsultasi dan bimbingan hasil penelitian. Kurang sedikit, sedikit sekali sebenarnya, untuk mencapai selesai.
Ambil data dan analisisnya sudah, pun menarasikannya. Hanya tinggal menjangkau standar Pak Dosen. Itu saja. Tapi jauh dari sederhana.
Bimbingan. Konsultasi. Sering di hari kerja, tak jarang di Sabtu.
Pak Dosen sangat laris dipilih mahasiswa S1 dan S2. Mahasiswa S1 bimbingannya mencapai ratusan. Pernah sampai dua jam saya antre untuk bertemu beliau.
Pada suatu Sabtu, saya janji bertemu Pak Dosen. Pertemuan siang itu, saya harapkan, paling tidak dua atau tiga kali pertemuan terakhir sebelum ujian. Selain sudah cukup yakin, saya juga sudah jengah dengan fase itu. Wkwkwk. Wis jeleh, Lur!
Saya menunggu. Duduk di kursi, persis di depan pintu kelas. Beliau masih mengajar.
Tak sampai setengah jam, selesai. Beliau langsung temui saya. Buka halaman per halaman, teliti sana sini. Sebentar sekali. Tak seperti biasanya.