Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepeda-sepedaku dan Cerita yang Mengitarinya

10 Juli 2020   13:04 Diperbarui: 10 Juli 2020   13:05 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiger saya rawat sampai SMP kelas 2. Merasa sudah remaja, perlahan merasa malu memakainya. Saya minta dibelikan sepeda yang saat itu banyak dipakai bapak bapak, Phoenix hijau buatan Tiongkok yang kerap disebut Phoenix RRT. Sepeda klasik yang modelnya tak lekang ditelan waktu.

Sepeda itu saya pakai sampai pertengahan SMP kelas 3. Setelahnya, motor menjadi benda yang lebih menggoda. Walaupun belum dibolehkan bermotor, saya kerap curi-curi kesempatan.

SMA sampai kuliah, sepeda tak lagi mendapat tempat. Meski sesekali masih meminjam Bridgestone Bapak, sepeda terhitung sangat jarang tersentuh. Teman bersepeda sudah tak ada, motor lebih didamba.

Sepeda hadir lagi saat tren fixie melanda Indonesia antara 2010 s.d. pertengahan 2011. Saya yang mulai bermukim di Yogya, ikut tersetrum tren. Karena sudah berpenghasilan, saya gatal ingin punya.

Merasa fixie hanya tren sekejap, saya lebih memilih MTB. Pilihan jatuh pada Polygon --yang serinya sekarang sudah discontinue. Desainnya cakep. Berwarna hitam doff. Sangat macho.

Celakanya, usai terbeli, tren fixie meredup dan lenyap. Teman saya bersepeda satu-satu berguguran. Fixie kakak sepupu pun entah dimana. Sepeda saya pun mangkrak di garasi. Bersepeda hanya sesekali, pernah dengan teman kantor, tapi lebih sering berkawan sepi.

November tanggal 12 tahun 2014, saya ketiban rejeki. Ikut jalan santai dan dapat hadiah utama sepeda MTB. Meski hanya sebuah seri entry-level, tetap saja yang namanya hadiah 'kan, aduh senang bukan buatan.

Sepeda kami jadi dua. Lumayan, jadi bisa bersepeda bersama bu ryan. Tapi tetap saja keduanya jarang terpakai. Bu ryan memilih olah raga lain, saya giat berfutsal. Sepeda hanya sibuk dipajang. Kabar terakhir, sepeda hadiah kami hibahkan ke keponakan.

Tren akik, tanaman hias, dan ikan hias, sedikit pun saya tak melirik. Blas ngga pengen. Tapi, tren sepeda ini berbeda. Saya menyerah dan terbawa arus. Mungkin karena sepeda pernah menjadi romantisme masa lalu.

Polygon kembali saya rawat. Beberapa komponen saya ganti. Sekarang lebih nyaman lagi loncer daripada saat baru keluar dari toko. Teman bersepeda pun mulai banyak lagi.

Video tentang sepeda menjadi penyedot terbesar kuota internet saya. Apa-apa semua tentang sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun