Mohon tunggu...
Ryan Mustafa Kamal
Ryan Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

struggling without giving up

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan Pertama Berbeda dengan Pertemuan Akhir

23 Februari 2021   19:35 Diperbarui: 23 Februari 2021   19:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PERTEMUAN  PERTAMA BERBEDA DENGAN PERTEMUAN AKHIR

Cahaya matahari pagi menerbas jendela kaca  Membebntuk garis indah di lantai. Memanjang membelah meja makan seperti siletan anak-panah.  Pagi baru saja menjejak kota. Kesibukan orang-orang memulai hari. Beberapa ekor burung gelatik terbang rendah di luar. Bernyanyi,meloncat-loncat riang diatas rumput taman. Mandi di air mancur beebentuk tiara lima tingkat. Berebut remah-remah roti dilemparkan.

 Pagi yang cerah, saat aku jalan-jalan mencari udara yang segar. Sewaktu di jalan aku bertemu dengan cewek yang sangat cantik dan bersih, hatiku deg-degan saat lewat di depannya. Aku berkata
 “oh..cewek  itu begitu cantik, seandainya dia jadi milikku begitu bahagia hati ini.”

Berawal dari pertemuan pertama itu aku mulai menyukai dia. Aku berharap bisa ketemu dia setiap hari. Malam sudah tiba, aku berdiam di depan rumah melihat indahnya langit yang penuh dengan bintang yang begitu cerah sambil menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukkan 08.00 malam, waktunya aku tidur. Tidak terasa sudah pagi, aku beranjak untuk membereskan kamar tidur dan membantu ibu memasak, setelah masak selesai aku beranjak untuk mandi. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu cewek itu. Aku berharap bisa ketemu dia lagi. Aku pun langsung pergi ke tempat pertama aku ketemu dia, ya Allah semuanya jadi kenyataan, aku bisa ketemu dia tapi sayang aku belum tahu namanya.

Waktu itu ada cewek yang menghampiriku,dia bernama helsa. Dia mengajak berkenalan denganku, dan dia minta nomor hp-ku. Aku pun memberikannya, tidak lama kemudian hp-ku pun berdering, dan mendapat pesan  dari helsa

 “ Hai, ini aku yang minta nomer mu tadi, oh iya apakabar?

“Kamu mau ngak jadi pacar aku?”

Aku bingung mau nerima atau mau menolaknya. Jujur aku gak suka sama dia aku sukanya itu sama temannya. Tapi ya udah ah, aku terima dia. Mungkin lewat helsa aku bisa mengenal dia lebih dekat. Aku bertanya-tanya tentang dia ke helsa, ternyata namanya adalah anisa

Beberapa minggu aku pacaran sama  aku gak ngerasa bahagia, malah aku ngerasa tersiksa. Aku langsung mutusin helsa, tapi helsa gak mau. Beberapa detik kemudian, hp-ku berdering, ternyata ada sms dari nomor yang tak dikenal. aku tanya kamu siapa, ternyata dia adalah anisa. Hatiku sangat senang akhirnya dia sms aku juga. Aku begitu bahagia.

Beberapa hari pendekatan, aku mulai sayang sama dia. Aku mengirim pesan.” Kamu mau ngak jadi pacar aku?” hatiku sangat senang, Dia langsung jawab iya. Inilah keinginan aku, aku sangat mengharapkan dia jadi kekasihku.

Dia begitu baik,sabar dan penyayang, aku tambah cinta dan sayang. Ku lewati hari-hari ini berdua, selalu bersama saat sedih dan senang. Sampai saat ini aku dan nisa menjadi sepasang kekasih yang sangat utuh, namun di hari selanjutnya aku dan nisa mengalami godaan dalam hubungan. Pada saat itu ketika anisa ingin pergi ke taman bersama teman-teman nya, anisa menelpon ku sebelum pergi hendak minta izn dan pamit denganku dia berkata:

 “boy aku izin pergi sama teman-temanku ke taman karena teman-temanku mengadakan acara reunian di taman. kamu boleh kan aku pergi aku janji lepas acaranya selesai aku langsung pulang, aku disana ngak akan selingkuh atau apa pun kok, aku bisa jaga hati ku untuk kamu saja”

Disaat itu aku masih meragukan dia sebab dia kalo pergi pasti mengajak aku namun aku hanya menjawab: “yaudah pegilah tapi kamu jangan macam-macam ya di sana, yasudah matikanlah telponya”

Ketika dia pergi dengan teman temannya aku segera mengikuti dia dibelakang tanpa sepengetahuan dia, aku hanya ingin memastikan dia. sebab aku memiliki sifat cemburu. Saat aku mengikuti dia, aku hampir saja ketahuan saat dia menoleh ke belakang

Waktu sampai di taman aku hanya memperhatikan dia dari jauh ternyata mereka hanya mengadakan acara hanya berenam orang, ketika mereka sudah berkumpul meraka saling berfoto, ketika anisa berfoto dengan temen cowok nya, merka saling berpelukan dan saling sandaran, saat itu munculah rasa cemburu dan saya hanya begegas pulang dengan amara yang membara seperti api. Namun saya masih bisa mengendalikan nya.

Pada saat dia sudah pulang, dia langsung menelpon saya dia bertanya kepada saya, ternyata dia melihat saya waktu saya begegas pulang dari taman tu. Sontak saya berbicara kepada dia dengan menyndir secara halus namun dia menyadari nya bahwa dia berfoto dengan temen cowoknya sangat dekat, lalu dia meminta maaf kepada saya tapi di berkata: “ itu cuman temen aku, lagian aku tidak menaruh hati kepada dia”. Kemudian amara ku mulai mereda.

Dalam fikiran saya: “hubungan pacaran adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti makan bersama atau sekedar pergi bersama. Diluar sesuatu yang menyenangkan, hubungan pacaran dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga hubungan dekat dengan orang lain, sehingga individu tersebut tidak merasa terisolasi (companionship). Pacaran juga berfungsi untuk membantu individu belajar bersosialisasi dengan lawan jenis, khususnya pada saat usia pubertas. Fungsi lainnnya adalah untuk status achievement,. Hubungan pacaran juga bagi kebanyakan orang digunakan untuk mencari pasangan hidup untuk menikah nantinya (mate selection)

Namun saya berfikir-fikir lagi pada dasarnya hubungan itu pasti mengalami permasalahan atau godaan namun saya tetap mencoba jalani dengan baik.

  Lengang.jalanan kota sepi.hujn buncah membasuh trotoar.ciprat.ciprat.ciprat. got mengeluarkan suara air deras mengalir. Bungg.bungg.bungg. dedaunan bergoyang terkena ribuan larik bliur air.bak penampungan air luber.ember-ember plastik melimpah.

Suara ketukan mesin ketik tua itu berirama di sela-sela buncah suara air hujan.daun jendela Kamar itu terbentang lebar-lebar. Angin malam yang dingin menderu masuk ke kamar berukuran 6x9 meter.

  Ketika saya keluar, Malam-malam gelap anak jalanan. Perkelahian. Mencuri. Malam-malam gelap sesak dengan banyak pertanyaan. Kerinduan kepada ayah dan ibu yang tidak pernah dimilikinya. Rasa iri ketika hari lebaran tib, menatap anak anak yang beruntung berbaris menuju lapangan. Pakaian baru. Mainan baru. Makanan berlimpah. Perasaan ini! Kerinduan atas hidup yang lebih baik. Berbagi. Merasa cukup. Sumpahnya untuk membalas seluruh keghidupan sesak itu. Dendam yang menjelma begitu hebat. Janjinya untuk menukar seluruh masa depan dan kebahagiaan di dunia. Itulah kata yang di ucapkan oleh anak jalanan yang tidak sengaja saya dengarkan.

 Waktu hubungan kami mulai kandas atau dalam ujung tali

Ketika aku memberikan pertanyaan ke dia,Ia tidak menolak pernyataanku, tetap tenang dengan senyuman kecil. Terkadang aku heran mengapa ia selalu bisa menanggapi situasi dengan tenang dan senyuman jika denganku. Apa senyumnya hanya sebatas untuk menutupi luka? Seusai pertemuan itu, ia tidak menghubungiku. Menghindariku sampai-sampai tidak menghubungiku. Mungkin dia sedang berusaha menuruti permintaanku. Atau tidak ingin sakit hati hanya karena melihatku?

Sebenarnya, menyakiti hati orang lain sama saja menyakiti diri sendiri. Entah kenapa, sejak ia menjauh, aku merasa ada yang kurang. Janggal dan hampa. Ingin kembali dan memperbaiki agar kita tetap berteman seperti biasa, tidak ada moment diam-diaman seperti ini. Namun, kerap kali aku akan mendekatinya, ia selalu terlihat baik-baik saja dan terlihat bahagia dengan orang lain. Serasa aku memang tidak pantas untuk sekedar berteman dengannya lagi. Aku tidak bisa membuatnya tertawa lepas seperti itu.

Aku pantas untuk kehilangan. Menyesal? Tidak. Kurasa, keputusanku mengatakan itu semua sudah tepat. Aku tidak ingin ia mengharapkanku terus-terusan padahal aku sangat ingin melupakan. Lebih baik, ia dengan orang yang jelas punya perasaan yang sama kan? Agar ia tidak bermimpi sendirian, agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Bahkan sampai hari perpisahan, ia tidak melepas sepatah kata pun untukku. Melirikku saja sepertinya tidak. Ia terlalu asyik dengan orang-orang yang menyayanginya. Orang yang menyia-nyiakannya sepertiku, tak pantas untuk sekedar bertukar sapa lagi, apalagi bertatap dengan senyuman, apalagi tertawa bersama.

Namun semenjak berpisah dengan anisa, rasanya ada sesuatu yang hilang dariku. Selain keceriaannya, aku merasakan kehilangan sesuatu yang sepertinya berat aku lepaskan. Ya, jujur saja. aku menyukainya. Sayang bahkan. Beni-benih cinta itu sudah lama bersarang. Tapi perasaanku selama bersama anisa berujng akhir. Aku sealu mengingat masaku dengan anisa

Pernah suatu saat kami duduk bersama, tak sengaja kami beradu pandang dan saling melempar senyum sehingga membuat kami berdua jadi salah tingkah dan tertunduk malu. anisa sampai menutup wajahnya dengan kedua tangan saking malunya. Tingkahnya lucu namun menggemaskan. Aku berusaha menahan tawa. Ah, rasanya ingin kuulangi setiap saat moment indah dan langka itu. Sesaat namun sangat berkesan. Tapi bagiku, memiliki cinta anisa bagai sebuah dongeng di alam mimpi.

Kenangan terakhir yang masih tersisa dari anisa  adalah sepucuk surat dengan sampul berwarna biru, warna kesayanganku. Ya, anisa sangat mengenalku bahkan sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Nah, saat kami bertemu dan minum bareng es boba itulah ia memberikan sebuah surat. Bahkan aku masih sempat menggodanya.

“Cie…cie, kayak anak kecil aja pakai surat-suratan!” Selorohku. Namun rupanya candaanku saat itu ditanggapi serius. Sorot matanya yang indah menatap tajam ke arahku tanpa berkedip sedikitpun hingga membuatku kaku, terdiam seribu basa. Kalau dulu aku berani menantang bahkan menikmati tatapan yang indah itu, kali ini nyaliku ciut. Seolah-olah aku berhadapan dengan sang hakim yang sedang menanti keputusan, dan surat itu adalah vonis penjara bagiku.
 “Jangan dibuka sampai aku kembali.” Pintanya datar saat itu. Aku hanya mengangguk lemas, seperti tak merelakannya pergi. Wajahnya tertunduk lesu setelah menyerahkan surat itu. Ada gurat sedih bergelayut di wajahnya. Ada apa denganmu anisa ? Gumamku dalam hati. Ini bukan dirinya. Anisa  yang biasanya ceplas-ceplos, main to the point, mendadak berubah. Namun baru saja aku ingin membuka suara, Ia sudah memunggungiku, berbalik melangkah dan berlalu tanpa menoleh atau berkata apa-apa. Seolah itu jadi isyarat bagiku, jika ia tidak akan kembali lagi. Aku hanya tertegun atas sikapnya itu. Kupandangi sosoknya hingga betul-betul lenyap di pelupuk mataku.

Surat itu kusimpan hingga kini, masih utuh tanpa pernah aku buka sesuai pesannya hingga ia kembali Apakah ini artinya ia akan melupakanku? Entahlah. Hingga hari ini aku tidak pernah mengetahuinya. Isi hati Rihanna pun aku tidak pernah tahu. Dan juga, aku tidak ingin tahu apa pun saat ini. Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Bersama lagi. Hanya itu yang ada dipikiranku.

Hari ini, di tempat ini, di tepi pantai menjelang senja tempat kami biasa bersama melepaskan tawa dan senda gurau, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke -21 tahun.
 Seperti tersentak dari lamunan dan tidak percaya, saat aku sadar bahwa hari ini aku sendiri. Tidak bersamanya lagi. Bahkan tak akan pernah bisa bersamanya lagi sampai kapanpun. Tidak akan pernah melihat keceriaannya lagi, serta senyumannya yang menawan dan selalu membuatku bertekuk lutut di hadapannya.
 Bagai mimpi. Ya, dia telah pamit untuk pergi tak kembali. Meninggalkan kenangan manis. Kenangan indah bersamanya yang hanya aku seorang yang tahu itu.

Dengan mata yang sembab, kutatap lekat-lekat surat itu dalam genggamanku. Hanya ini yang menjadi teman dalam kenanganku yang abadi bersamanya. Ada luka menghampiri jiwa saat kucium surat itu dalam segenap rasaku. Serasa masih ada wangi jemarinya di sana, namun terasa perih. Ternyata ini isyarat dan pesan terakhirnya kalau ia akan meninggalkanku. Selamanya. Ya, kini dia telah kembali. Kembali ke sisi-Nya dalam tidur panjangnya. Seperti yang pernah ia ucapkan untuk yang terakhir kalinya di hadapanku.

Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.

Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.

 

PERTEMUAN  PERTAMA BERBEDA DENGAN PERTEMUAN AKHIR

Cahaya matahari pagi menerbas jendela kaca  Membebntuk garis indah di lantai. Memanjang membelah meja makan seperti siletan anak-panah.  Pagi baru saja menjejak kota. Kesibukan orang-orang memulai hari. Beberapa ekor burung gelatik terbang rendah di luar. Bernyanyi,meloncat-loncat riang diatas rumput taman. Mandi di air mancur beebentuk tiara lima tingkat. Berebut remah-remah roti dilemparkan.

 Pagi yang cerah, saat aku jalan-jalan mencari udara yang segar. Sewaktu di jalan aku bertemu dengan cewek yang sangat cantik dan bersih, hatiku deg-degan saat lewat di depannya. Aku berkata
 “oh..cewek  itu begitu cantik, seandainya dia jadi milikku begitu bahagia hati ini.”

Berawal dari pertemuan pertama itu aku mulai menyukai dia. Aku berharap bisa ketemu dia setiap hari. Malam sudah tiba, aku berdiam di depan rumah melihat indahnya langit yang penuh dengan bintang yang begitu cerah sambil menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukkan 08.00 malam, waktunya aku tidur. Tidak terasa sudah pagi, aku beranjak untuk membereskan kamar tidur dan membantu ibu memasak, setelah masak selesai aku beranjak untuk mandi. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu cewek itu. Aku berharap bisa ketemu dia lagi. Aku pun langsung pergi ke tempat pertama aku ketemu dia, ya Allah semuanya jadi kenyataan, aku bisa ketemu dia tapi sayang aku belum tahu namanya.

Waktu itu ada cewek yang menghampiriku,dia bernama helsa. Dia mengajak berkenalan denganku, dan dia minta nomor hp-ku. Aku pun memberikannya, tidak lama kemudian hp-ku pun berdering, dan mendapat pesan  dari helsa

 “ Hai, ini aku yang minta nomer mu tadi, oh iya apakabar?

“Kamu mau ngak jadi pacar aku?”

Aku bingung mau nerima atau mau menolaknya. Jujur aku gak suka sama dia aku sukanya itu sama temannya. Tapi ya udah ah, aku terima dia. Mungkin lewat helsa aku bisa mengenal dia lebih dekat. Aku bertanya-tanya tentang dia ke helsa, ternyata namanya adalah anisa

Beberapa minggu aku pacaran sama  aku gak ngerasa bahagia, malah aku ngerasa tersiksa. Aku langsung mutusin helsa, tapi helsa gak mau. Beberapa detik kemudian, hp-ku berdering, ternyata ada sms dari nomor yang tak dikenal. aku tanya kamu siapa, ternyata dia adalah anisa. Hatiku sangat senang akhirnya dia sms aku juga. Aku begitu bahagia.

Beberapa hari pendekatan, aku mulai sayang sama dia. Aku mengirim pesan.” Kamu mau ngak jadi pacar aku?” hatiku sangat senang, Dia langsung jawab iya. Inilah keinginan aku, aku sangat mengharapkan dia jadi kekasihku.

Dia begitu baik,sabar dan penyayang, aku tambah cinta dan sayang. Ku lewati hari-hari ini berdua, selalu bersama saat sedih dan senang. Sampai saat ini aku dan nisa menjadi sepasang kekasih yang sangat utuh, namun di hari selanjutnya aku dan nisa mengalami godaan dalam hubungan. Pada saat itu ketika anisa ingin pergi ke taman bersama teman-teman nya, anisa menelpon ku sebelum pergi hendak minta izn dan pamit denganku dia berkata:

 “boy aku izin pergi sama teman-temanku ke taman karena teman-temanku mengadakan acara reunian di taman. kamu boleh kan aku pergi aku janji lepas acaranya selesai aku langsung pulang, aku disana ngak akan selingkuh atau apa pun kok, aku bisa jaga hati ku untuk kamu saja”

Disaat itu aku masih meragukan dia sebab dia kalo pergi pasti mengajak aku namun aku hanya menjawab: “yaudah pegilah tapi kamu jangan macam-macam ya di sana, yasudah matikanlah telponya”

Ketika dia pergi dengan teman temannya aku segera mengikuti dia dibelakang tanpa sepengetahuan dia, aku hanya ingin memastikan dia. sebab aku memiliki sifat cemburu. Saat aku mengikuti dia, aku hampir saja ketahuan saat dia menoleh ke belakang

Waktu sampai di taman aku hanya memperhatikan dia dari jauh ternyata mereka hanya mengadakan acara hanya berenam orang, ketika mereka sudah berkumpul meraka saling berfoto, ketika anisa berfoto dengan temen cowok nya, merka saling berpelukan dan saling sandaran, saat itu munculah rasa cemburu dan saya hanya begegas pulang dengan amara yang membara seperti api. Namun saya masih bisa mengendalikan nya.

Pada saat dia sudah pulang, dia langsung menelpon saya dia bertanya kepada saya, ternyata dia melihat saya waktu saya begegas pulang dari taman tu. Sontak saya berbicara kepada dia dengan menyndir secara halus namun dia menyadari nya bahwa dia berfoto dengan temen cowoknya sangat dekat, lalu dia meminta maaf kepada saya tapi di berkata: “ itu cuman temen aku, lagian aku tidak menaruh hati kepada dia”. Kemudian amara ku mulai mereda.

Dalam fikiran saya: “hubungan pacaran adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti makan bersama atau sekedar pergi bersama. Diluar sesuatu yang menyenangkan, hubungan pacaran dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga hubungan dekat dengan orang lain, sehingga individu tersebut tidak merasa terisolasi (companionship). Pacaran juga berfungsi untuk membantu individu belajar bersosialisasi dengan lawan jenis, khususnya pada saat usia pubertas. Fungsi lainnnya adalah untuk status achievement,. Hubungan pacaran juga bagi kebanyakan orang digunakan untuk mencari pasangan hidup untuk menikah nantinya (mate selection)

Namun saya berfikir-fikir lagi pada dasarnya hubungan itu pasti mengalami permasalahan atau godaan namun saya tetap mencoba jalani dengan baik.

  Lengang.jalanan kota sepi.hujn buncah membasuh trotoar.ciprat.ciprat.ciprat. got mengeluarkan suara air deras mengalir. Bungg.bungg.bungg. dedaunan bergoyang terkena ribuan larik bliur air.bak penampungan air luber.ember-ember plastik melimpah.

Suara ketukan mesin ketik tua itu berirama di sela-sela buncah suara air hujan.daun jendela Kamar itu terbentang lebar-lebar. Angin malam yang dingin menderu masuk ke kamar berukuran 6x9 meter.

  Ketika saya keluar, Malam-malam gelap anak jalanan. Perkelahian. Mencuri. Malam-malam gelap sesak dengan banyak pertanyaan. Kerinduan kepada ayah dan ibu yang tidak pernah dimilikinya. Rasa iri ketika hari lebaran tib, menatap anak anak yang beruntung berbaris menuju lapangan. Pakaian baru. Mainan baru. Makanan berlimpah. Perasaan ini! Kerinduan atas hidup yang lebih baik. Berbagi. Merasa cukup. Sumpahnya untuk membalas seluruh keghidupan sesak itu. Dendam yang menjelma begitu hebat. Janjinya untuk menukar seluruh masa depan dan kebahagiaan di dunia. Itulah kata yang di ucapkan oleh anak jalanan yang tidak sengaja saya dengarkan.

 Waktu hubungan kami mulai kandas atau dalam ujung tali

Ketika aku memberikan pertanyaan ke dia,Ia tidak menolak pernyataanku, tetap tenang dengan senyuman kecil. Terkadang aku heran mengapa ia selalu bisa menanggapi situasi dengan tenang dan senyuman jika denganku. Apa senyumnya hanya sebatas untuk menutupi luka? Seusai pertemuan itu, ia tidak menghubungiku. Menghindariku sampai-sampai tidak menghubungiku. Mungkin dia sedang berusaha menuruti permintaanku. Atau tidak ingin sakit hati hanya karena melihatku?

Sebenarnya, menyakiti hati orang lain sama saja menyakiti diri sendiri. Entah kenapa, sejak ia menjauh, aku merasa ada yang kurang. Janggal dan hampa. Ingin kembali dan memperbaiki agar kita tetap berteman seperti biasa, tidak ada moment diam-diaman seperti ini. Namun, kerap kali aku akan mendekatinya, ia selalu terlihat baik-baik saja dan terlihat bahagia dengan orang lain. Serasa aku memang tidak pantas untuk sekedar berteman dengannya lagi. Aku tidak bisa membuatnya tertawa lepas seperti itu.

Aku pantas untuk kehilangan. Menyesal? Tidak. Kurasa, keputusanku mengatakan itu semua sudah tepat. Aku tidak ingin ia mengharapkanku terus-terusan padahal aku sangat ingin melupakan. Lebih baik, ia dengan orang yang jelas punya perasaan yang sama kan? Agar ia tidak bermimpi sendirian, agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Bahkan sampai hari perpisahan, ia tidak melepas sepatah kata pun untukku. Melirikku saja sepertinya tidak. Ia terlalu asyik dengan orang-orang yang menyayanginya. Orang yang menyia-nyiakannya sepertiku, tak pantas untuk sekedar bertukar sapa lagi, apalagi bertatap dengan senyuman, apalagi tertawa bersama.

Namun semenjak berpisah dengan anisa, rasanya ada sesuatu yang hilang dariku. Selain keceriaannya, aku merasakan kehilangan sesuatu yang sepertinya berat aku lepaskan. Ya, jujur saja. aku menyukainya. Sayang bahkan. Beni-benih cinta itu sudah lama bersarang. Tapi perasaanku selama bersama anisa berujng akhir. Aku sealu mengingat masaku dengan anisa

Pernah suatu saat kami duduk bersama, tak sengaja kami beradu pandang dan saling melempar senyum sehingga membuat kami berdua jadi salah tingkah dan tertunduk malu. anisa sampai menutup wajahnya dengan kedua tangan saking malunya. Tingkahnya lucu namun menggemaskan. Aku berusaha menahan tawa. Ah, rasanya ingin kuulangi setiap saat moment indah dan langka itu. Sesaat namun sangat berkesan. Tapi bagiku, memiliki cinta anisa bagai sebuah dongeng di alam mimpi.

Kenangan terakhir yang masih tersisa dari anisa  adalah sepucuk surat dengan sampul berwarna biru, warna kesayanganku. Ya, anisa sangat mengenalku bahkan sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Nah, saat kami bertemu dan minum bareng es boba itulah ia memberikan sebuah surat. Bahkan aku masih sempat menggodanya.

“Cie…cie, kayak anak kecil aja pakai surat-suratan!” Selorohku. Namun rupanya candaanku saat itu ditanggapi serius. Sorot matanya yang indah menatap tajam ke arahku tanpa berkedip sedikitpun hingga membuatku kaku, terdiam seribu basa. Kalau dulu aku berani menantang bahkan menikmati tatapan yang indah itu, kali ini nyaliku ciut. Seolah-olah aku berhadapan dengan sang hakim yang sedang menanti keputusan, dan surat itu adalah vonis penjara bagiku.
 “Jangan dibuka sampai aku kembali.” Pintanya datar saat itu. Aku hanya mengangguk lemas, seperti tak merelakannya pergi. Wajahnya tertunduk lesu setelah menyerahkan surat itu. Ada gurat sedih bergelayut di wajahnya. Ada apa denganmu anisa ? Gumamku dalam hati. Ini bukan dirinya. Anisa  yang biasanya ceplas-ceplos, main to the point, mendadak berubah. Namun baru saja aku ingin membuka suara, Ia sudah memunggungiku, berbalik melangkah dan berlalu tanpa menoleh atau berkata apa-apa. Seolah itu jadi isyarat bagiku, jika ia tidak akan kembali lagi. Aku hanya tertegun atas sikapnya itu. Kupandangi sosoknya hingga betul-betul lenyap di pelupuk mataku.

Surat itu kusimpan hingga kini, masih utuh tanpa pernah aku buka sesuai pesannya hingga ia kembali Apakah ini artinya ia akan melupakanku? Entahlah. Hingga hari ini aku tidak pernah mengetahuinya. Isi hati Rihanna pun aku tidak pernah tahu. Dan juga, aku tidak ingin tahu apa pun saat ini. Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Bersama lagi. Hanya itu yang ada dipikiranku.

Hari ini, di tempat ini, di tepi pantai menjelang senja tempat kami biasa bersama melepaskan tawa dan senda gurau, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke -21 tahun.
 Seperti tersentak dari lamunan dan tidak percaya, saat aku sadar bahwa hari ini aku sendiri. Tidak bersamanya lagi. Bahkan tak akan pernah bisa bersamanya lagi sampai kapanpun. Tidak akan pernah melihat keceriaannya lagi, serta senyumannya yang menawan dan selalu membuatku bertekuk lutut di hadapannya.
 Bagai mimpi. Ya, dia telah pamit untuk pergi tak kembali. Meninggalkan kenangan manis. Kenangan indah bersamanya yang hanya aku seorang yang tahu itu.

Dengan mata yang sembab, kutatap lekat-lekat surat itu dalam genggamanku. Hanya ini yang menjadi teman dalam kenanganku yang abadi bersamanya. Ada luka menghampiri jiwa saat kucium surat itu dalam segenap rasaku. Serasa masih ada wangi jemarinya di sana, namun terasa perih. Ternyata ini isyarat dan pesan terakhirnya kalau ia akan meninggalkanku. Selamanya. Ya, kini dia telah kembali. Kembali ke sisi-Nya dalam tidur panjangnya. Seperti yang pernah ia ucapkan untuk yang terakhir kalinya di hadapanku.

Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.

Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.

 

Cahaya matahari pagi menerbas jendela kaca  Membebntuk garis indah di lantai. Memanjang membelah meja makan seperti siletan anak-panah.  Pagi baru saja menjejak kota. Kesibukan orang-orang memulai hari. Beberapa ekor burung gelatik terbang rendah di luar. Bernyanyi,meloncat-loncat riang diatas rumput taman. Mandi di air mancur beebentuk tiara lima tingkat. Berebut remah-remah roti dilemparkan.

 Pagi yang cerah, saat aku jalan-jalan mencari udara yang segar. Sewaktu di jalan aku bertemu dengan cewek yang sangat cantik dan bersih, hatiku deg-degan saat lewat di depannya. Aku berkata
 “oh..cewek  itu begitu cantik, seandainya dia jadi milikku begitu bahagia hati ini.”

Berawal dari pertemuan pertama itu aku mulai menyukai dia. Aku berharap bisa ketemu dia setiap hari. Malam sudah tiba, aku berdiam di depan rumah melihat indahnya langit yang penuh dengan bintang yang begitu cerah sambil menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukkan 08.00 malam, waktunya aku tidur. Tidak terasa sudah pagi, aku beranjak untuk membereskan kamar tidur dan membantu ibu memasak, setelah masak selesai aku beranjak untuk mandi. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu cewek itu. Aku berharap bisa ketemu dia lagi. Aku pun langsung pergi ke tempat pertama aku ketemu dia, ya Allah semuanya jadi kenyataan, aku bisa ketemu dia tapi sayang aku belum tahu namanya.

Waktu itu ada cewek yang menghampiriku,dia bernama helsa. Dia mengajak berkenalan denganku, dan dia minta nomor hp-ku. Aku pun memberikannya, tidak lama kemudian hp-ku pun berdering, dan mendapat pesan  dari helsa

 “ Hai, ini aku yang minta nomer mu tadi, oh iya apakabar?

“Kamu mau ngak jadi pacar aku?”

Aku bingung mau nerima atau mau menolaknya. Jujur aku gak suka sama dia aku sukanya itu sama temannya. Tapi ya udah ah, aku terima dia. Mungkin lewat helsa aku bisa mengenal dia lebih dekat. Aku bertanya-tanya tentang dia ke helsa, ternyata namanya adalah anisa

Beberapa minggu aku pacaran sama  aku gak ngerasa bahagia, malah aku ngerasa tersiksa. Aku langsung mutusin helsa, tapi helsa gak mau. Beberapa detik kemudian, hp-ku berdering, ternyata ada sms dari nomor yang tak dikenal. aku tanya kamu siapa, ternyata dia adalah anisa. Hatiku sangat senang akhirnya dia sms aku juga. Aku begitu bahagia.

Beberapa hari pendekatan, aku mulai sayang sama dia. Aku mengirim pesan.” Kamu mau ngak jadi pacar aku?” hatiku sangat senang, Dia langsung jawab iya. Inilah keinginan aku, aku sangat mengharapkan dia jadi kekasihku.

Dia begitu baik,sabar dan penyayang, aku tambah cinta dan sayang. Ku lewati hari-hari ini berdua, selalu bersama saat sedih dan senang. Sampai saat ini aku dan nisa menjadi sepasang kekasih yang sangat utuh, namun di hari selanjutnya aku dan nisa mengalami godaan dalam hubungan. Pada saat itu ketika anisa ingin pergi ke taman bersama teman-teman nya, anisa menelpon ku sebelum pergi hendak minta izn dan pamit denganku dia berkata:

 “boy aku izin pergi sama teman-temanku ke taman karena teman-temanku mengadakan acara reunian di taman. kamu boleh kan aku pergi aku janji lepas acaranya selesai aku langsung pulang, aku disana ngak akan selingkuh atau apa pun kok, aku bisa jaga hati ku untuk kamu saja”

Disaat itu aku masih meragukan dia sebab dia kalo pergi pasti mengajak aku namun aku hanya menjawab: “yaudah pegilah tapi kamu jangan macam-macam ya di sana, yasudah matikanlah telponya”

Ketika dia pergi dengan teman temannya aku segera mengikuti dia dibelakang tanpa sepengetahuan dia, aku hanya ingin memastikan dia. sebab aku memiliki sifat cemburu. Saat aku mengikuti dia, aku hampir saja ketahuan saat dia menoleh ke belakang

Waktu sampai di taman aku hanya memperhatikan dia dari jauh ternyata mereka hanya mengadakan acara hanya berenam orang, ketika mereka sudah berkumpul meraka saling berfoto, ketika anisa berfoto dengan temen cowok nya, merka saling berpelukan dan saling sandaran, saat itu munculah rasa cemburu dan saya hanya begegas pulang dengan amara yang membara seperti api. Namun saya masih bisa mengendalikan nya.

Pada saat dia sudah pulang, dia langsung menelpon saya dia bertanya kepada saya, ternyata dia melihat saya waktu saya begegas pulang dari taman tu. Sontak saya berbicara kepada dia dengan menyndir secara halus namun dia menyadari nya bahwa dia berfoto dengan temen cowoknya sangat dekat, lalu dia meminta maaf kepada saya tapi di berkata: “ itu cuman temen aku, lagian aku tidak menaruh hati kepada dia”. Kemudian amara ku mulai mereda.

Dalam fikiran saya: “hubungan pacaran adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti makan bersama atau sekedar pergi bersama. Diluar sesuatu yang menyenangkan, hubungan pacaran dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga hubungan dekat dengan orang lain, sehingga individu tersebut tidak merasa terisolasi (companionship). Pacaran juga berfungsi untuk membantu individu belajar bersosialisasi dengan lawan jenis, khususnya pada saat usia pubertas. Fungsi lainnnya adalah untuk status achievement,. Hubungan pacaran juga bagi kebanyakan orang digunakan untuk mencari pasangan hidup untuk menikah nantinya (mate selection)

Namun saya berfikir-fikir lagi pada dasarnya hubungan itu pasti mengalami permasalahan atau godaan namun saya tetap mencoba jalani dengan baik.

  Lengang.jalanan kota sepi.hujn buncah membasuh trotoar.ciprat.ciprat.ciprat. got mengeluarkan suara air deras mengalir. Bungg.bungg.bungg. dedaunan bergoyang terkena ribuan larik bliur air.bak penampungan air luber.ember-ember plastik melimpah.

Suara ketukan mesin ketik tua itu berirama di sela-sela buncah suara air hujan.daun jendela Kamar itu terbentang lebar-lebar. Angin malam yang dingin menderu masuk ke kamar berukuran 6x9 meter.

  Ketika saya keluar, Malam-malam gelap anak jalanan. Perkelahian. Mencuri. Malam-malam gelap sesak dengan banyak pertanyaan. Kerinduan kepada ayah dan ibu yang tidak pernah dimilikinya. Rasa iri ketika hari lebaran tib, menatap anak anak yang beruntung berbaris menuju lapangan. Pakaian baru. Mainan baru. Makanan berlimpah. Perasaan ini! Kerinduan atas hidup yang lebih baik. Berbagi. Merasa cukup. Sumpahnya untuk membalas seluruh keghidupan sesak itu. Dendam yang menjelma begitu hebat. Janjinya untuk menukar seluruh masa depan dan kebahagiaan di dunia. Itulah kata yang di ucapkan oleh anak jalanan yang tidak sengaja saya dengarkan.

 Waktu hubungan kami mulai kandas atau dalam ujung tali

Ketika aku memberikan pertanyaan ke dia,Ia tidak menolak pernyataanku, tetap tenang dengan senyuman kecil. Terkadang aku heran mengapa ia selalu bisa menanggapi situasi dengan tenang dan senyuman jika denganku. Apa senyumnya hanya sebatas untuk menutupi luka? Seusai pertemuan itu, ia tidak menghubungiku. Menghindariku sampai-sampai tidak menghubungiku. Mungkin dia sedang berusaha menuruti permintaanku. Atau tidak ingin sakit hati hanya karena melihatku?

Sebenarnya, menyakiti hati orang lain sama saja menyakiti diri sendiri. Entah kenapa, sejak ia menjauh, aku merasa ada yang kurang. Janggal dan hampa. Ingin kembali dan memperbaiki agar kita tetap berteman seperti biasa, tidak ada moment diam-diaman seperti ini. Namun, kerap kali aku akan mendekatinya, ia selalu terlihat baik-baik saja dan terlihat bahagia dengan orang lain. Serasa aku memang tidak pantas untuk sekedar berteman dengannya lagi. Aku tidak bisa membuatnya tertawa lepas seperti itu.

Aku pantas untuk kehilangan. Menyesal? Tidak. Kurasa, keputusanku mengatakan itu semua sudah tepat. Aku tidak ingin ia mengharapkanku terus-terusan padahal aku sangat ingin melupakan. Lebih baik, ia dengan orang yang jelas punya perasaan yang sama kan? Agar ia tidak bermimpi sendirian, agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Bahkan sampai hari perpisahan, ia tidak melepas sepatah kata pun untukku. Melirikku saja sepertinya tidak. Ia terlalu asyik dengan orang-orang yang menyayanginya. Orang yang menyia-nyiakannya sepertiku, tak pantas untuk sekedar bertukar sapa lagi, apalagi bertatap dengan senyuman, apalagi tertawa bersama.

Namun semenjak berpisah dengan anisa, rasanya ada sesuatu yang hilang dariku. Selain keceriaannya, aku merasakan kehilangan sesuatu yang sepertinya berat aku lepaskan. Ya, jujur saja. aku menyukainya. Sayang bahkan. Beni-benih cinta itu sudah lama bersarang. Tapi perasaanku selama bersama anisa berujng akhir. Aku sealu mengingat masaku dengan anisa

Pernah suatu saat kami duduk bersama, tak sengaja kami beradu pandang dan saling melempar senyum sehingga membuat kami berdua jadi salah tingkah dan tertunduk malu. anisa sampai menutup wajahnya dengan kedua tangan saking malunya. Tingkahnya lucu namun menggemaskan. Aku berusaha menahan tawa. Ah, rasanya ingin kuulangi setiap saat moment indah dan langka itu. Sesaat namun sangat berkesan. Tapi bagiku, memiliki cinta anisa bagai sebuah dongeng di alam mimpi.

Kenangan terakhir yang masih tersisa dari anisa  adalah sepucuk surat dengan sampul berwarna biru, warna kesayanganku. Ya, anisa sangat mengenalku bahkan sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Nah, saat kami bertemu dan minum bareng es boba itulah ia memberikan sebuah surat. Bahkan aku masih sempat menggodanya.

“Cie…cie, kayak anak kecil aja pakai surat-suratan!” Selorohku. Namun rupanya candaanku saat itu ditanggapi serius. Sorot matanya yang indah menatap tajam ke arahku tanpa berkedip sedikitpun hingga membuatku kaku, terdiam seribu basa. Kalau dulu aku berani menantang bahkan menikmati tatapan yang indah itu, kali ini nyaliku ciut. Seolah-olah aku berhadapan dengan sang hakim yang sedang menanti keputusan, dan surat itu adalah vonis penjara bagiku.
 “Jangan dibuka sampai aku kembali.” Pintanya datar saat itu. Aku hanya mengangguk lemas, seperti tak merelakannya pergi. Wajahnya tertunduk lesu setelah menyerahkan surat itu. Ada gurat sedih bergelayut di wajahnya. Ada apa denganmu anisa ? Gumamku dalam hati. Ini bukan dirinya. Anisa  yang biasanya ceplas-ceplos, main to the point, mendadak berubah. Namun baru saja aku ingin membuka suara, Ia sudah memunggungiku, berbalik melangkah dan berlalu tanpa menoleh atau berkata apa-apa. Seolah itu jadi isyarat bagiku, jika ia tidak akan kembali lagi. Aku hanya tertegun atas sikapnya itu. Kupandangi sosoknya hingga betul-betul lenyap di pelupuk mataku.

Surat itu kusimpan hingga kini, masih utuh tanpa pernah aku buka sesuai pesannya hingga ia kembali Apakah ini artinya ia akan melupakanku? Entahlah. Hingga hari ini aku tidak pernah mengetahuinya. Isi hati Rihanna pun aku tidak pernah tahu. Dan juga, aku tidak ingin tahu apa pun saat ini. Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Bersama lagi. Hanya itu yang ada dipikiranku.

Hari ini, di tempat ini, di tepi pantai menjelang senja tempat kami biasa bersama melepaskan tawa dan senda gurau, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke -21 tahun.
 Seperti tersentak dari lamunan dan tidak percaya, saat aku sadar bahwa hari ini aku sendiri. Tidak bersamanya lagi. Bahkan tak akan pernah bisa bersamanya lagi sampai kapanpun. Tidak akan pernah melihat keceriaannya lagi, serta senyumannya yang menawan dan selalu membuatku bertekuk lutut di hadapannya.
 Bagai mimpi. Ya, dia telah pamit untuk pergi tak kembali. Meninggalkan kenangan manis. Kenangan indah bersamanya yang hanya aku seorang yang tahu itu.

Dengan mata yang sembab, kutatap lekat-lekat surat itu dalam genggamanku. Hanya ini yang menjadi teman dalam kenanganku yang abadi bersamanya. Ada luka menghampiri jiwa saat kucium surat itu dalam segenap rasaku. Serasa masih ada wangi jemarinya di sana, namun terasa perih. Ternyata ini isyarat dan pesan terakhirnya kalau ia akan meninggalkanku. Selamanya. Ya, kini dia telah kembali. Kembali ke sisi-Nya dalam tidur panjangnya. Seperti yang pernah ia ucapkan untuk yang terakhir kalinya di hadapanku.

Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.

Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun