Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.
Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.
PERTEMUAN PERTAMA BERBEDA DENGAN PERTEMUAN AKHIR
Cahaya matahari pagi menerbas jendela kaca Membebntuk garis indah di lantai. Memanjang membelah meja makan seperti siletan anak-panah. Pagi baru saja menjejak kota. Kesibukan orang-orang memulai hari. Beberapa ekor burung gelatik terbang rendah di luar. Bernyanyi,meloncat-loncat riang diatas rumput taman. Mandi di air mancur beebentuk tiara lima tingkat. Berebut remah-remah roti dilemparkan.
Pagi yang cerah, saat aku jalan-jalan mencari udara yang segar. Sewaktu di jalan aku bertemu dengan cewek yang sangat cantik dan bersih, hatiku deg-degan saat lewat di depannya. Aku berkata
“oh..cewek itu begitu cantik, seandainya dia jadi milikku begitu bahagia hati ini.”
Berawal dari pertemuan pertama itu aku mulai menyukai dia. Aku berharap bisa ketemu dia setiap hari. Malam sudah tiba, aku berdiam di depan rumah melihat indahnya langit yang penuh dengan bintang yang begitu cerah sambil menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukkan 08.00 malam, waktunya aku tidur. Tidak terasa sudah pagi, aku beranjak untuk membereskan kamar tidur dan membantu ibu memasak, setelah masak selesai aku beranjak untuk mandi. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu cewek itu. Aku berharap bisa ketemu dia lagi. Aku pun langsung pergi ke tempat pertama aku ketemu dia, ya Allah semuanya jadi kenyataan, aku bisa ketemu dia tapi sayang aku belum tahu namanya.
Waktu itu ada cewek yang menghampiriku,dia bernama helsa. Dia mengajak berkenalan denganku, dan dia minta nomor hp-ku. Aku pun memberikannya, tidak lama kemudian hp-ku pun berdering, dan mendapat pesan dari helsa
“ Hai, ini aku yang minta nomer mu tadi, oh iya apakabar?
“Kamu mau ngak jadi pacar aku?”
Aku bingung mau nerima atau mau menolaknya. Jujur aku gak suka sama dia aku sukanya itu sama temannya. Tapi ya udah ah, aku terima dia. Mungkin lewat helsa aku bisa mengenal dia lebih dekat. Aku bertanya-tanya tentang dia ke helsa, ternyata namanya adalah anisa