Aku hanya mengangguk. Kini rasa penasaranku terusik, karena itu dengan hati-hati aku bertanya pada perempuan tua di hadapanku ini,
"Mohon maaf, Bu. Kalau boleh saya tahu, apa yang terjadi semalam?"
Bu Sutirah memandangku. Lama.
"Maaf, Bu," aku merasa tak enak hati. "Nggak apa-apa kalau Ibu nggak mau cerita."
"Nggak apa-apa, Pak," sahut Bu Sutirah cepat. "Terus-terang saya merasa mungkin ini semacam hukuman buat saya yang tidak merawat Mas Bagus dengan baik selama ini."
"Maksud Ibu?"
"Semalam Mas Bagus pulang dalam keadaan mabuk berat."
"Ma... mabuk?" kepalaku mendadak terasa pening. Aku tak membayangkan 'diriku' ternyata melakukan hal seperti itu.
Bu Sutirah mengangguk.
"Sebenarnya hampir setiap malam Mas Bagus pulang dalam keadaan mabuk. Jika sudah begitu ia akan berteriak-teriak di depan pagar dan tak akan berhenti sebelum saya membawanya masuk. Teriakannya sangat menganggu tetangga di sini, karena itu..." perempuan tua itu tampak ragu.
"Karena itu?" tanpa sadar aku bertanya sebelum kemudian aku tersadar. "Astaga! Maaf, maaf, Bu. Tak sepantasnya saya bertanya seperti itu, saya minta maaf."