"Penawaran lu yang waktu itu masih berlaku 'kan?"
"Masih sih. Tapi lu serius?" Edi tak percaya. "Lu yakin?"
Aku mengangguk.
"Yakin?" tegas Edi lagi. "Beneran?"
Aku kembali mengangguk.
Impianku...
* * *
"Ya selamat sore, Bapak Ibu Kakak semua," sapaku pada kerumunan pengunjung kedai makan tersebut.
Edi segera memainkan musik dari radio tape murahannya, memperdengarkan lagu dangdut yang bahkan aku sendiri tak tahu judulnya.
Kami berdua - aku dan Edi - meliuk-liukkan tubuh mengikuti irama lagu, kadang aku bahkan menampilkan gerakan vulgar dengan pakaian ketat yang membungkus seluruh tubuhku. Aku tak menghiraukan tatapan jijik, menghina, dan ketakutan dari beberapa pengunjung.
Aku hanya butuh uang.