Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cinta Kedua #1 : Kado untuk Bhisma

16 Mei 2015   20:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431782423226831841

Pendahuluan :

Miniseri "Cinta Kedua" ini merupakan side story dari cerbung karya sahabat saya Mbak Lis Suwasono "Memburu Mr. Right" yang ditayangkan sejak bulan Januari 2015 dan baru saja tamat di episode 26.  Kisah dan nama tokoh dalam miniseri ini adalah murni fiksi dan tidak merujuk pada kejadian maupun sosok di dunia nyata.  Andai ada kesamaan, itu merupakan ketidaksengajaan.  Selamat membaca!

CHAPTER 1

"Ayah, selamat ulang tahun yang ke-44 yah.  Wish you all the best, terimakasih sudah menjadi ayah yang baik selama 10 tahun terakhir ini, terutama semenjak berpulangnya Bunda.  Maaf kalo Kenanga sama Nada saat ini cuma bisa ngasih hadiah kecil ini.  Oya, hadiahnya nanti tolong diliat baik-baik ya.

-Kenanga & Nada-"

Bhisma Gazali tersenyum membaca ucapan selamat yang ditulis kedua putri kesayangannya itu.  Pandangannya kemudian beralih pada sebuah kotak yang terbungkus rapi tepat di dekat kartu ucapan selamat yang barusan dibacanya tadi.

Teringat pesan anak-anaknya, lelaki itu lalu memeriksa dengan teliti kotak tersebut.  Setelah yakin tidak ada apa-apa, Bhisma kemudian merobek kertas pembungkus kotak dengan hati-hati.  Bhisma kembali tersenyum ketika mengetahui hadiah yang diberikan Kenanga dan Nada.

BlackBerry?  Sudah kuduga...

Di permukaan dus smartphone itu tertempel sebuah sticky note berwarna kuning dengan pesan :

"Ayah bakal butuh ini nanti, paketnya sudah diaktifin kok.  Langsung nyalain ya.  Oya, di dalam dusnya masih ada kejutan lho :)"

Bhisma menggeleng-gelengkan kepalanya.

Hadeeh bocah, jailnya kumat lagi.

Setelah dusnya terbuka, Bhisma mengambil dan menyalakan smartphone barunya sesuai pesan putri-putrinya.  Tak berapa lama, smartphone itu berbunyi pendek.  Ada satu pesan masuk.

"Haaai, Ayaah.  Gimana?  Suka hadiahnya?  Kita yakin Ayah bakal butuh ini.  Oya, jangan lupa periksa kardusnya yah, di situ ada username sama password yang peeenting buat Ayah."

Kening Bhisma berkerut membaca pesan tersebut.

Username?  Password?  Buat apa?

Dan keningnya makin berkerut ketika ia menemukan satu lagi sticky note bertuliskan username dan password untuk sebuah layanan biro jodoh online, www.golek-ojob.com.

Apa-apaan ini?

* * *

"Jadi, Ayah nggak suka hadiah dari Nada sama Kak Kenanga?"

Bhisma menghela nafas.  Siang ini ia sedang makan bersama putri bungsungnya - Nada - di sebuah food court pusat perbelanjaan.  Ia menimbang-nimbang, berusaha menemukan kata yang tepat untuk mengeluarkan isi hatinya.

"Siapa bilang?  Ayah suka kok BlackBerry-nya, nih Ayah pake," tukasnya.

"Terus?" tanya Nada.

"Terus?  Apa?" Bhisma balik bertanya.

"Yang golek-ojob," lanjut Nada.

"Oh... hm... itu masalahnya," sahut Bhisma.

"Ayah nggak suka ya?"

Bhisma terdiam.  Di satu sisi ia tidak ingin menyakiti putri-putrinya, tapi di sisi lain...

* * *

19 tahun lalu...

Bhisma tak mengubah keputusannya untuk menikah dengan Sekar meski harus menghadapi kekecewaan dari kedua orangtuanya.

"Seperti nggak ada perempuan lain aja kowe," kata ayahnya.

"Yang masih gadis aja banyak.  Apalagi kamu itu ganteng dan gagah kaya' gini, banyak yang mau jadi istrimu," timpal ibunya.

"Nganpunten, Bapak, Ibu.  Ghozi sudah mantap untuk menikah dengan Sekar," ujar Bhisma.

"Pertimbangkan baik-baik, Le.  Perempuan itu usianya lebih tua dari kamu," tukas sang ayah.

"Dan dia sudah punya anak," sahut sang ibu.  "Demi kebaikanmu, sebaiknya kamu pertimbangkan lagi."

Bhisma hanya tersenyum.

* * *

18 tahun lalu...

"Kenanga, sini liat adikmu," Sekar berbisik memanggil Kenanga, putri dari pernikahan sebelumnya.

Kenanga, bocah berusia 4 tahun itu berjalan perlahan ke arah Sekar dan Bhisma yang sedang memandang tubuh mungil Nada.  Bayi mungil itu tertidur pulas dengan bedong yang membungkus seluruh tubuhnya.

"Beri salam sama adikmu," bisik Bhisma pada Kenanga.  "Hai dek, gitu."

"Hai dek," Kenanga mengikuti ucapan Bhisma, melambaikan tangan pada Nada.

"Hai kakak," balas Sekar dengan suara seperti bayi.  "Aku Nada.  Kita kakak adik, sekarang aku mau bobo dulu."

Mereka bertiga tertawa kecil.

Sekar memandang Bhisma.

"Terimakasih sudah menerimaku apa adanya," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Bhisma merengkuh Sekar dalam pelukannya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu.  Selamanya.  Aku mencintaimu dan menyayangi keluarga kita - lebih dari apapun.  Kamu bisa percaya kata-kataku."

* * *

10 tahun lalu...

Sudah 1 jam lebih Bhisma duduk termenung di sisi gundukan tanah merah berbau wangi aneka bunga.

Istirahatlah, Sekar.

Sekarang tugasku untuk membesarkan anak-anak kita.

Istirahatlah dengan tenang.

Kamu bisa percaya kata-kataku...

Di gundukan tanah tersebut terpancang sebuah nisan bertuliskan nama seorang wanita yang sangat dicintainya.  Diusap-usapnya nisan tersebut.

"Aku pulang dulu.  Anak-anak sudah menunggu.  Aku mencintaimu, Sekar."

* * *

Sejak itu kehidupan keluarga mereka berjalan tanpa kehadiran Sekar, seorang istri dan ibu yang baik bagi mereka yang ditinggalkan.  Di saat-saat awal setelah meninggalnya Sekar, praktis Bhisma merasa kewalahan dengan banyaknya tanggung jawab yang harus diembannya.

Jam 4.30 pagi ia bangun dan menyiapkan sarapan sekadarnya untuk mereka bertiga.  Jika masih ada cukup waktu, ia membersihkan rumah - minimal menyapu dan mengepel lantai.  Setelah beres semuanya, ia mandi dan bersiap dengan pakaian kerjanya.  Sekitar jam 5.15 ia membangunkan kedua putrinya dan menerapkan batasan waktu mandi bagi keduanya.

Satu jam kemudian, Bhisma mengantar kedua putrinya ke sekolah sekalian ia berangkat bekerja.  Beruntung baginya karena Kenanga dan Nada bersekolah di tempat yang sama sehingga ia bisa menghemat waktu.

Saat itu Nada masih kelas 2 SD sementara Kenanga sudah kelas 6 SD.  Jika tiba waktunya pulang, Nada menunggu Kenanga, kemudian keduanya pulang ke rumah orangtua Bhisma - kakek dan nenek Nada - hingga tiba waktunya sang ayah pulang kerja dan menjemput mereka berdua.

Begitulah rutinitas harian mereka bertiga.

Meski statusnya anak tiri, Bhisma menyayangi Kenanga seperti anak kandungnya, karena itu betapa terkejutnya ketika pada suatu hari secara tak sengaja ia mendapati adanya lebam-lebam di tubuh putri sulungnya itu.

"Kamu kenapa?" tanyanya cemas.  Berbagai kemungkinan buruk berputar di kepalanya.

(Bersambung)

Sebagai orangtua tunggal, Bhisma berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua putrinya - bahkan meski Kenanga bukanlah putri kandungnya.  Dan lebam-lebam di tubuh putri sulungnya membuat lelaki ini terhenyak.  Apa yang terjadi pada Kenanga selama dititipkan di rumah orangtua Bhisma?  Jangan lewatkan chapter berikutnya...

Cinta Kedua #2 : Harapan Kenanga & Nada   |   Memburu Mr. Right

Catatan penulis :

Mohon maaf dan maklumnya, miniseri ini mungkin terbitnya belum bisa teratur karena penulisnya masih ada utang cerita Chris Law di X-Gene, selain tentu saja cerbung utama "Masih Ada Cinta".

Sumber gambar : zazzle.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun