Nay menarik nafas panjang.
Kenapa aku jadi bimbang gini?
Meski sudah berusaha memantapkan hatinya, tak urung kebimbangan kembali menyergap dirinya.
Benarkah keputusan ini?
Nay gamang. Di satu sisi ia mencintai Angga, namun di sisi lain ia juga tak bisa begitu saja mengabaikan permohonan dari pemuda yang sekarang ada sekian meter di hadapannya dan memandang dengan sorot mata yang sulit dilukiskan.
Sejuknya pendingin udara tak mampu menahan buliran keringat yang mengalir dari tubuh gadis tersebut.
Gadis itu akhirnya memejamkan mata dan kembali menarik nafas panjang.
"Rei," ujarnya, "aku sudah mengambil keputusan..."
* * *
Deringan telepon genggam itu menghentikan percakapan mereka berdua tentang sakit yang diderita sang kakak. Setelah membaca nama yang tertera pada layar, Rena menjawab panggilan tersebut.
"Ya, Mam?" sapanya pada si penelepon.