Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

The Tale of The Princess Kaguya, Ketika Kecantikan dan Status Sosial Tidak Membawa Kebahagiaan

10 April 2015   06:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 2591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kebahagiaan seorang putri (bangsawan) adalah menikah dengan seorang lelaki bangsawan.  Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya,” tutur Lady Sagami, guru Putri Kaguya.

“Tapi aku belum pernah bertemu dengan para pelamarku,” kata Putri Kaguya.  “Bagaimana bisa aku memilih salah satu dari mereka?”

“Mudah saja.  Kau tinggal pilih satu nama yang ada di sini, dan kalian akan bertemu saat hari pernikahan.”

Petikan dialog di atas hanya sedikit dari dialog-dialog ‘berisi’ di film yang sudah meraih berbagai penghargaan internasional ini (8 penghargaan dan 27 nominasi).  Selain konsep kebahagiaan anak menurut orangtua, cinta yang tak tersampaikan, ada pula dialog tentang hubungan manusia dengan alam.

Kesimpulan


Pada akhirnya saya menilai ‘The Tale of The Princess Kaguya’ adalah film dengan penikmat tersendiri. Film ini bukan film pop.

Mulai dari artwork yang unik dan nyaris tanpa warna mencolok, dialog-dialog yang penuh makna, hingga beberapa adegan yang bisa-bisa dianggap tidak lazim dimunculkan dalam film.

Setidaknya ada dua scene yang memperlihatkan puting payudara seorang ibu tatkala menyusui anaknya dimana yang satu malah close-up.  Selain itu pada adegan Kaisar memeluk paksa Putri Kaguya dari belakang yang meski digambarkan dengan halus, tetap terasa adanya nafsu yang menyertai pelukan tersebut.

Bahkan MPAA sendiri pun memberi rating PG (Parental Guidance) untuk ‘The Tale of The Princess Kaguya’.

Cuma itu.

Adapun secara keseluruhan, saya menilai ‘The Tale of The Princess Kaguya’ sebagai film yang luar biasa indah dan sangat memukau.

Kemudian sebagai catatan akhir, film ini dirilis dalam dua bahasa, Jepang dan Inggris.  Saya lebih merekomendasikan netter untuk menonton yang versi Jepangnya karena di bagian akhir film ini, Putri Kaguya menyenandungkan sebuah lagu atau syair – yang tentunya akan lebih berasa apabila didengarkan dalam bahasa aslinya.  Namun apabila netter mencari bahasa yang lebih mudah dimengerti, menonton versi Inggrisnya pun sama asyiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun