Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Jangan Panggil Aku 'Jomblo'

6 April 2015   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Kangen sama dia yang sedang jauh di sana."

Usai mengetikkan sebaris kalimat tersebut di status facebook dan BlackBerry Messengerku, aku kembali menyesap Iced Cappuccino dilanjut dengan menggigit kecil sepotong donat Alcapone sembari menikmati suasana sekitar gerai donat J-Co dalam mall ini.

Pop!

Smartphoneku berbunyi pendek sebagai penanda ada notifikasi masuk ke facebookku.

Pop!  Pop!

Berikutnya beberapa notifikasi lagi masuk.  Aku tersenyum.

Kuraih smartphone terbaruku yang sengaja kuletakkan di atas meja.  Dengan berlagak acuh tak acuh aku membuka facebook untuk memeriksa satu demi satu notifikasi yang ada.

Hm... 2 likes dan 3 komentar...

"Galau dong nih malming sendirian."

"Lebay lo ahh, sok bilang kangen :v"

"Jiaaah"

Ekor mataku menangkap seorang SPG seksi berbalut pakaian ketat dan rok mini yang sibuk merayu pengunjung mall dengan menawarkan berbagai hadiah - asalkan pengunjung tersebut bersedia diajak ke tokonya untuk membeli produk-produk yang disediakan, sebuah produk biasa dengan harga fantastis.  Menariknya, SPG tersebut bersama rekan-rekannya hanya mengincar pengunjung yang berjalan sendirian tanpa kawan - seperti aku tadi.

Pop!

Satu lagi notifikasi membuat perhatianku kembali ke dunia maya.  Satu komentar lagi masuk.

"Emang cewek lu ke mana?"

Pikiranku menerawang, kembali ke masa beberapa bulan lalu.

* * *

"Hoi!"

Panggilan di depan pintu kamar itu mengejutkanku yang sedang asyik menggoda seorang gadis berambut hitam panjang - Kotori Habane.  Scene eroku di game yang sedang aku mainkan itupun berantakan karena panggilan tersebut membuyarkan konsentrasiku.  Aku menoleh dengan wajah kesal.

"Kenapa?" tanyaku.

Di depan pintu, kulihat teman satu kosku senyum-senyum.

"Pinjem duit lagi, dong," katanya.  "Bokek nih."

"Lu tuh," kataku, "kebanyakan cewek sih.  Duit lu habis nggak ada gunanya."

Temanku itu tertawa keras.

"Siapa bilang nggak ada gunanya?  Hey bro, tiap cewek punya kelebihan masing-masing.  Lu taulah maksudnya."

Aku mendengus.

"Berapa?" tanyaku.

"Apanya?" temanku itu bertanya balik.

"Duitnya."

"Oh.  Hehe 200 ada nggak?  Gue mau ngajak doi nonton."

Dalam sekejap, dua lembar uang seratus ribuan melayang keluar dari dompetku.  Temanku itu meringis dan menepuk pundakku.

"Thanks, bro.  Lu penyelamat gue.  Kapan-kapan gue kenalin lu deh sama temen gue.  Orangnya cantik, mungil, rambutnya pendek, pokoknya toop dah!"

"Ogah!" sahutku.  "Gue males terima bekas lu!"

Temanku itu hanya tertawa keras kemudian berlalu.

Di usiaku yang ke-25 tahun ini aku masih jomblo, padahal wajahku juga tidaklah jelek.  Bahkan seingatku sudah ada dua orang gadis yang terang-terangan menyatakan rasa sukanya padaku.  Tapi semua aku abaikan, aku tak memiliki keberanian untuk mendekati perempuan.

"Jomblo!"

"Lu bener laki nggak sih?"

"Mau jadi bujang lapuk lu?"

"Rugi banget hidup lu, nggak kenal cewek."

"Kenalan aja dulu, toh belum tentu juga lu kenalan langsung nikah 'kan?"

Bisa dibilang, ucapan-ucapan seperti itu adalah menu harianku.  Bahkan tak kurang dari orangtuaku terang-terangan menyatakan kekhawatirannya karena aku tak terlihat ada tanda-tanda punya pacar.

Aku normal!

Aku sebenarnya pengen punya pacar!

Tapi, aku nggak tau mesti mulai dari mana!

Dan malam Minggu adalah saat-saat yang ingin aku hindari.  Kadang-kadang pacar dari teman-teman kosku datang berkunjung, dan di mataku mereka seolah mengejekku.

Jomblo!

Nggak laku!

Jangan-jangan dia 'jeruk makan jeruk'...

Dulu aku sering berpura-pura keluar kamar, menutup pintu, jendela, dan mematikan lampu.  Hanya saja lama-lama aku tak tahan juga, apalagi terkadang dari kamar-kamar di sebelahku kerap terdengar suara-suara yang membuatku mengerti apa yang sedang terjadi.

Karena itu, belakangan ini aku benar-benar meninggalkan kamar kosku.

Hingga pada hari itu...

* * *

"Mbak, password wifi di sini apa?" tanyaku pada sang pramusaji yang mengantar menu pesananku.

"Oh, ini passwordnya, Kak," ujarnya menyerahkan secarik kertas padaku.

Gadis itu berperawakan langsing, rambutnya panjang diikat ekor kuda, ditunjang dengan wajahnya yang cantik.  Penampilannya terlihat semakin menawan dengan seragam cafe yang dikenakannya.

Entah kenapa, timbul keberanianku untuk berbicara padanya,

"Mbak, maaf, boleh saya foto ya?" tanyaku.

"Buat apa, Kak?" tanyanya keheranan sedikit takut.

Otakku bekerja cepat.

"Kebetulan saya seorang food blogger dari media online, saya biasanya keliling dari satu tempat makan ke tempat makan lain, trus nulis review tentang tempat tersebut," ujarku seraya membuka laptop dan mengetikkan satu alamat blog kuliner - entah punya siapa.  "Namanya juga liputan, nggak afdol dong kalo nggak ada fotonya.  Tuh, liat 'kan?" lanjutku sembari menunjukkan foto-foto yang ada di blog tersebut.

Pramusaji cantik itu tampak masih bimbang.

"Emm... apa nggak bisa makanannya aja yang difoto, Kak?  Atau orang lain aja deh yang senior di sini," pintanya.

"Kenapa?  Nggak boleh ya?" tanyaku.

"Iya, Kak.  Peraturan di sini begitu, kita nggak boleh foto-foto."

Aku mengangkat bahu.  Mataku bergerak menelusuri deretan huruf yang tertera di name tagnya.

"Yah sudahlah, saya foto-foto makanan sama suasana cafe aja kalo gitu.  Boleh nggak, Mbak Eka?"

"Oh, kalo itu boleh," ujarnya tersenyum kemudian berlalu dari hadapanku.

Beberapa menit kemudian aku sudah menemukan akun facebook Eka, gadis cantik berambut panjang tersebut.

Gotcha!

Aku tersenyum...

* * *

Pop!

Smartphoneku berbunyi lagi.

Sudah saatnya.

Kuletakkan kembali smartphoneku di meja dan aku menghidupkan laptop kesayanganku.  Kubuka facebook dan kuketikkan sebaris komentar di status yang sudah kubuat tadi.

"Hi, honey.  Aku juga kangen sama kamu, tapi aku masih lama di Jepang.  Nanti kalo aku pulang, kita kangen-kangenan ya.  Big hug and love <3"

Notifikasi dari Eka sudah muncul, kuambil kembali smartphoneku,

"Lama bangeet.  Makin lama kamu di Jepang, aku makin cemburuuu!"

Aku berpindah ke laptopku,

"Hahaha my heart still yours kok, hon."

Berikutnya, aku bersahut-sahutan dengan akun 'Eka' buatanku sendiri setelah beberapa waktu lalu berhasil mencomot beberapa foto dari akun facebook Eka yang asli.

Dan semua orang akan mengira bahwa aku sudah memiliki pacar, aku pun bisa berkata dengan bangga,

"Jangan panggil gue jomblo!"

-Jakarta, 06 April 2015-

Catatan penulis :


  1. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menambah rasa perih di hati para jomblo, karena toh bagaimanapun saya pernah menjadi bagian dari mereka.  Saya hanya berpikir, "Apa yang akan mereka lakukan bila terus-menerus ditekan oleh lingkungan sekitar?"  Dan, kisah dalam cerita ini hanyalah satu dari sekian banyak skenario yang bisa jadi ada yang melakukannya di luar sana - pura-pura sudah punya pacar.
  2. Percaya atau tidak, di Jepang ada seorang pria yang menikah dengan Nene Anegasaki, satu karakter virtual dari game simulasi kencan "Love Plus" - sumber
  3. Tokoh Kotori Habane yang saya dapuk sebagai ilustrasi di cerita ini dan visual novel "If My Heart Had Wings" benar-benar ada, sila simak opening songnya di sini :


Sumber gambar : zerochan.net
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun