"Aku tau kamu masih terpukul dengan peristiwa itu," lanjut Tari. "Sejujurnya, aku pun tidak setuju tindakan para polisi itu menembak Raja di muka umum - apalagi di hadapanmu - meski atas nama hukum."
Perlahan, Tari menggenggam tangan Angel dan memberikan penguatan.
"Tapi percayalah, aku yakin selalu ada kebaikan dalam kepahitan."
"Aku...," Angel terbata, "aku tidak bisa menemukan adanya kebaikan dari kematian Raja. Yang ada malah sekarang aku kembali ke sini, dunia yang sudah aku tinggalkan semenjak mengenal Raja."
Angel memandang Tari dengan pandangan memohon,
"Di sini sudah bukan tempatku lagi, Tari. Please."
Tari tersenyum tipis.
"Aku mengerti. Setelah malam ini, aku tak akan memaksamu kembali ke sini."
"Terimakasih," genangan air di mata Angel kembali mengembang, "kamu memang sahabatku yang paling baik."
"Bagaimanapun kamu, kamu tetap sahabatku," tukas Tari. "Jujur, aku pernah iri sama kamu. Kamu punya kemampuan meninggalkan dunia seperti ini, sementara aku sendiri belum bisa. Aku iri."
"Suatu saat kamu akan menemukan jalan untuk itu," balas Angel. "Kamu pasti bisa."