Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kejarlah Cinta #3: Kita 'Hanya' Teman

12 Maret 2014   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:01 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394073103315092135


“Rian kamu kenapa sih?” tanya Lintang sambil lengannya masih menggamit lengan Rian, “Sudah nggak usah dipikirin marahku yang tadi, sekarang kita senang-senang di Dufan.”


“O…  Oke”  Rian tergagap.


(Catatan penulis : silakan pembaca membayangkan Lintang dan Rian bersenang-senang menikmati wahana di Dufan.  Untuk scene ini, saya menawarkan lagu “Sometimes When We Touch”-nya Olivia Ong mulai dari reffrain dengan gambar-gambar interaksi mereka berdua menggunakan teknik slow motion alias gerak lambat.  Selamat berimajinasi!)

* * *


“Rian, lihat!” seru Lintang, “Di sana ada Parade Dufan, ke sana yuk!”

Saat itu mereka sedang melepas lelah seraya menikmati sepotong es krim.  Meski waktu itu Dufan cukup ramai, mereka masih bisa menikmati beberapa wahana permainan.  Dan kini di kejauhan Lintang melihat rombongan parade Dufan sedang beraksi, mengelilingi taman hiburan tersebut sambil memainkan lagu tema Dufan dengan kostum warna-warni nan atraktif.  Parade ini dipimpin seorang mayoret yang dengan lincah memutar-mutar tongkatnya mengikuti irama lagu sekaligus memberi aba-aba pada tim yang dipimpinnya.


“Kalo liat mayoret aku jadi inget, waktu SMP aku sering jadi mayoret.” Lintang bicara setengah berteriak karena saat itu suaranya nyaris tenggelam oleh suara musik.


“Oo gitu.  Kirain kamu yang biasa jadi badutnya hahaha.  Aw!”  Rian tak sempat meneruskan tawanya karena satu cubitan di pinggangnya membuat dia meringis.

* * *


“Rian, terimakasih untuk hari ini.”

Acara jalan bareng mereka sudah berakhir, kini Lintang maupun Rian sudah di rumah masing-masing.  Mereka sedang bercakap-cakap lewat telepon.


“Kelihatannya kamu bakal baik-baik aja kalo nanti jalan bareng kak Rin.  Oya, aku juga nggak akan bilang kok kalo kita habis jalan bareng, jadi kasih aja hadiahnya.”


“Thanks Lin, moga-moga Rin suka.”

Rian menimang gantungan handphone yang tadi dibelinya di Dufan.


“Oya Lin kamu tadi cerita sering jadi mayoret waktu SMP.  Trus seingetku kamu bilang belum setahun di Jakarta.  Hm…  Memang dulu kamu tinggal di kota mana?” tanya Rian.

Mendadak Rian merasa keceriaan Lintang menghilang, terdengar dari nada suaranya,


“Aku dulu tinggal di Jogja.  Rian, maaf aku cape banget.  Aku mau istirahat dulu.  Bye”

Klik!

Telepon mendadak ditutup.  Rian bingung dengan perubahan sikap Lintang yang mendadak.


Kenapa?  Apa aku salah bicara?

(Bersambung)


Satu pertanyaan dari Rian sudah membuat Lintang merasa tidak nyaman, apakah ini berhubungan dengan masa lalu gadis tersebut?  Sementara itu, bagaimana perkembangan hubungan Rian dan Rin?  Jangan lewatkan chapter berikutnya...


Kejarlah Cinta #4 : Sebuah Hadiah untuk Dia | Kejarlah Cinta #1 : Perkenalan Pertama

Sumber gambar : deviantart.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun