Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hati-hati Memilih Bacaan Buat Anak!

25 Maret 2014   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_300530" align="aligncenter" width="640" caption="chara yang kawaii, tapi... (sumber gambar : animated-divots.net)"][/caption]

Saya sudah lama paham bahwa beberapa judul manga (komik Jepang) memang tidak diperuntukkan buat anak-anak.  Saya sendiri meski penggemar manga, pada masa itu (sekitar umur 20-an) menghindari bacaan semacam "Boys Be…" dkk karena ke-"ecchi"-an yang ada di dalamnya.  Maklumlah, saat itu saya ngekos dimana anak-anak pemilik rumah kadang suka datang untuk meminjam komik pada saya.

Ngomong-ngomong apa yang dimaksud dengan "ecchi"?  Sepanjang pengetahuan saya, dalam manga istilah "ecchi" merujuk pada adegan buka-bukaan yang terjadi secara tidak sengaja atau insiden tersentuhnya salah satu "bagian tubuh" secara tidak sengaja pula. Pada umumnya "ecchi" digunakan untuk memancing tawa pembaca, mungkin formula ini mirip seperti lawakan ala film-film jadulnya Warkop DKI (adegan lucu yang biasanya terjadi di pantai yang melibatkan wanita berbikini).

Oke, kembali ke topik.

Karena terbiasa dan secara pribadi tidak bermasalah dengan "ecchi" yang sudah kadung saya anggap sebagai budaya umum masyarakat Jepang (mohon koreksinya buat Kompasianer yang lebih paham masalah semacam ini), maka betapa terkejutnya saya ketika membaca satu manga secara online menggunakan aplikasi Android.

Jalan cerita dalam manga tersebut sebenarnya menarik meski sedikit nyeleneh, yang jadi masalah adalah di setiap chapter-nya pembaca disuguhi adegan-adegan "provokatif" yang dilakukan secara sengaja - hal ini tentu berbeda dengan "ecchi".  Dan hasil penelurusan saya terhadap manga yang sampai saat ini sudah masuk chapter 77 (dan belum tamat) menyebutkan bahwa manga ini dikategorikan sebagai "harem" (satu karakter cowok yang hidupnya dikelilingi banyak cewek cantik) dan "seinen" (diperuntukkan bagi pembaca dengan rentang usia antara 17-40 tahun).  Karakter-karakter wanita dalam manga ini sangat "kawaii" alias cute (imut) sehingga bisa menipu pembaca awam.

Mungkin selangkah lagi, manga ini bakal masuk kategori "H" alias "hentai" yang sexual content-nya sudah sangat eksplisit.

Hah?  Judul komiknya apa?  Hm… apa perlu saya kasih tahu hehehe.…

Kenapa Khawatir?


Saya rasa bohong saja pendapat yang mengatakan, "Ah, hal seperti itu nggak ngaruh...".

Setidaknya adegan yang tergambar dalam manga tersebut bisa saja memberikan semacam "inspirasi" bagi pembacanya untuk melakukan hal serupa.  Tidak masalah apabila pembacanya sudah memiliki pasangan sah, nah bagi yang belum?  Frekuensi paparan adegan-adegan provokatif tersebut bisa saja berakumulasi dan membuat pembacanya melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan menurut nilai-nilai yang umum berlaku.

Sedikit cerita, saya pernah 'kecolongan' ketika saya mendapati putri pertama saya yang saat ini berusia 9 tahun membaca manga.  Karena seringnya membaca manga, saya terkadang bisa mengenali isi manga hanya dengan melihat cover-nya.  Cover manga tersebut memang wajar, tapi saya bisa menebak isinya,

"Pasti ada adegan ciumannya..." batin saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun