“Bukan! Aku yakin bukan itu. Keliatannya dia takut.”
“Takut? Takut kenapa?”
“Mana aku tau? Justru karena itu aku nanya sama kamu. Kamu ‘kan COWOK YANG PALING DEKET SAMA DIA.”
Sengaja Aksa memberi penekanan pada kata ‘cowok yang paling deket sama dia’, dan mendengarnya membuat Rian mundur selangkah,
“Ngarang kamu, Ca! Kamu ngomong gitu kesannya aku pacaran sama dia aja.”
Aksa tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan suara tawanya untuk sesaat menarik perhatian yang lain. Setelah suasana kembali tenang, Aksa berbicara dengan suara pelan,
“Kalo gitu, kenapa kamu nggak pacaran aja sama Lintang?”
APAAAA?!
Rupanya ini sudah direncanakan sama Aca! Dia sengaja ngajak aku sama Lintang jalan-jalan. Otaknya sudah merencanakan hal ini!
Pikiran Rian langsung kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana,
“Tapi… aku nggak tau gimana perasaan Lintang ke aku walaupun misalnya aku suka sama dia.”
Kena kau! Dalam hati Aksa bersorak.
“Kenapa kamu nggak cari tau aja dia suka sama kamu atau nggak, bro.”
Tepat pada saat itu Lintang datang.
“Oke friends! Saatnya kita seneng-seneng! Hari ini kita lupain dulu pelajaran yang bikin mumet!” seru Aksa, “Dan Rian, selamat berusaha!”
(Catatan penulis : kali ini saya menawarkan lagu “We Got The World”-nya Icona Pop untuk menggambarkan serunya suasana saat Rian, Lintang, Aksa, dan teman-temannya bersenang-senang menikmati pantai Anyer. Selamat berimajinasi! Oya, bagian berikut hanya boleh dibaca setelah selesai menikmati lagunya - soalnya emosinya agak beda hehehe...)
* * *
Matahari sudah berada di batas cakrawala, sinar lembutnya melahirkan semburat jingga pada awan yang masih berarak di langit biru. Dari kejauhan nampak siluet gunung Anak Krakatau berdiri tegak di tengah laut, menimbulkan sensasi tersendiri bagi siapapun yang memandangnya.
Rian dan Lintang sedang duduk di pinggir pantai menikmati suasana sore, meninggalkan kawan-kawan mereka yang masih asyik bermain.
“Rian, maaf dan terimakasih untuk hari ini...” ucap Lintang. Angin pantai sore hari itu membuat rambut Lintang menari-nari.
Rian menoleh,
“Hm? ‘Maaf’? ‘Terimakasih’? Kenapa?”
Untuk sejenak mata mereka bertemu.
Lintang memang cantik. Dan kalo aku perhatikan rambutnya sekarang sudah lebih panjang dibanding waktu kita jalan-jalan ke Dufan dulu.
HAH?! Aku mikirin apa sih? Dia ‘kan teman. Teman. Teman.
Lintang masih memandang Rian yang saat ini pikirannya kembali kacau seperti waktu mereka jalan bareng ke Dufan,
“Kita ke sini diajak Aksa ‘kan sebenarnya untuk menghibur kamu biar nggak sedih karena ‘peristiwa kemarin’ itu. Tapi jadinya malah aku yang hari ini bertingkah nggak jelas. Untuk itu aku minta maaf.”
Lintang melanjutkan ucapannya sambil memandang matahari yang semakin tenggelam di cakrawala,
“Aku punya pengalaman sangat buruk yang sebenernya nggak mau aku inget-inget lagi soal jalan rame-rame. Aku pernah menyayangi dan mempercayai seseorang, tapi orang itu malah mengkhianati kepercayaanku dengan cara yang buruk. Sangat buruk, mengerikan, dan menyakitkan.”
Lintang terdiam sejenak.
“Karena itu aku takut waktu Aksa ngajak kita jalan ke sini. Kalau aja tujuannya bukan untuk menghibur kamu, aku pasti nggak bakal mau diajak jalan.”
Rian hanya mendengarkan Lintang.