Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kejarlah Cinta #9: Cinta Tak Pernah Salah

1 April 2014   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Kalo kamu nggak berani ngomong ya udah, tapi apa kamu nggak nyesel nanti?”

Kalimat pamungkas dari Aksa membuat Rian terdiam.  Sekarang ini kata “menyesal” membuatnya teringat saat Rin lepas dari jangkauannya tepat beberapa saat sebelum dia menyatakan perasaannya pada gadis tersebut.


“Oke oke, aku ngomong…” Rian kemudian menoleh pada Lintang, “Lin, kalo kamu nggak ada acara, hari Minggu nanti kita jalan ya.  Rame-rame…”


“Kamu ngomongnya salah!” tukas Aksa kesal, “Udah diem aja deh!”

Aksa kemudian menoleh pada Lintang,


“Gini Lin, selama ini aku punya kebiasaan untuk refreshing menjelang ujian akhir semester.  Biasanya aku cuma jalan sendiri atau paling sama keluarga atau sepupu-sepupuku.  Tapi tahun ini kaya’nya aku mau jalan sama temen-temenku.”

Aksa berhenti sejenak untuk menyeruput teh botol dingin yang tadi dipesannya, kemudian melanjutkan kalimatnya,


“Tahun ini aku kepikiran untuk ngajak Rian refreshing karena beberapa minggu ini dia sering murung sejak ‘kejadian itu’.  Takutnya dia nggak kuat terus tau-tau tidur di rel kereta atau main ayunan pake leher ‘kan gawat hehehe…”


“Hei!  Siapa yang…” protes Rian.


“Udah diem aja kamu!” potong Aksa.

Lintang paham bahwa yang dimaksud ‘kejadian itu’ oleh Aksa adalah patah hatinya Rian karena perasaannya pada Rin yang tak tersampaikan.


“Ookey, trus hubungannya sama aku apa?” tanya Lintang kemudian.

Aksa memandang Lintang dan tersenyum penuh arti,


“Ya kamu ikut karena saat ini cuma kamu yang bisa menguatkan Rian.”


“Eh?” Lintang terkejut.


Apa maksudnya?  Kata-kata Aksa tadi sepertinya punya maksud lain.  Kenapa mesti aku?

(Bersambung)


Aksa mengajak Rian dan Lintang untuk refreshing.  Dengan bantuan sahabat-sahabatnya tersebut, apakah Rian nantinya bisa melupakan Rin dan move on untuk cinta yang baru?  Di chapter berikutnya, rahasia masa lalu Lintang akan sedikit terungkap...


Khusus minggu ini, Kejarlah Cinta terbit tiga kali, Selasa, Kamis, dan Sabtu…


Kejarlah Cinta #10 : Ketakutan dari Masa Lalu |   Kejarlah Cinta #1 : Perkenalan Pertama

Sumber gambar : 9images.blogspot.com
Dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun