“Ini novel terbaru Lizz. Kebetulan aku juga dapet tandatangannya waktu launching kemarin. Maaf kalo aku baru bisa ngasih sekarang, nggak apa-apa ya?”
Rin menerima novel tersebut kemudian dibukanya halaman pertama. Tertera tandatangan si pengarang dengan tambahan ucapan :
Untuk Rin :
Lakukan yang terbaik!
-Lizz-
Rin terdiam.
“Terimakasih Rian…” hanya itu yang bisa dia ucapkan.
Rian tersenyum meski masih canggung dan sedikit memaksakan diri.
“Akhirnya! Lega rasanya. Nah, pulang yuk! Makin sore soalnya. Takutnya kita nanti kekunci di sekolah.”
Melihat senyuman Rian, Rin pun tersenyum. Lepas sudah bebannya.
Persis seperti yang dikatakan Lintang. Syukurlah Rian bisa mengerti pilihanku dan mencoba kembali bangkit. Kalian berdua memang hebat!
“Oke! Eh Rian, gimana kalo kita mampir dulu ke Seffel di ujung jalan sana? Aku pengen banget minum teh tarik.”
“Boleh, kebetulan aku juga lagi pengen minum soda.”
“Yawdah, kebetulan kalo gitu. Yuk!”
Tidak ada yang menyadari bahwa Lintang terus memperhatikan Rian saat mereka berbicara tadi.
Rian, ternyata kamu bangkit lebih cepat dari perkiraanku.
* * *
SMA Dian Pelita, bulan kelima semenjak tahun ajaran baru dimulai. Saat itu jam istirahat kedua sedang berlangsung…
“Lintang, dua cowok itu temen sekelasmu ‘kan? Aksa sama … hm… siapa ya yang satunya?”
Lintang sementara berhenti menikmati semangkuk bakso yang ada di hadapannya dan menoleh ke arah yang dimaksud temannya. Dilihatnya Aksa dan Rian sedang berjalan ke arahnya. Lintang tersenyum pada mereka berdua.
“Oh yang satu itu namanya Rian, dia ikut bulutangkis.”
Keduanya tiba di hadapan Lintang dan Aksa tersenyum padanya,
“Akhirnya yang dicari ketemu juga. Boleh gabung sebentar di sini?”
“Boleh” jawab Lintang.
Setelah mengambil tempat duduk dan memesan minuman, Aksa menoleh pada Rian,
“Bro, sekarang giliranmu ngomong.”
Rian tampak terkejut,
“Lho kok mesti aku? Yang punya acara ‘kan kamu?”
“Yang lebih kenal Lintang siapaaa? Aku apa kamu?” dengan santainya Aksa balik bertanya.
“Tapi kamu ‘kan temen sekelasnya juga…”
“Hahaha, tinggal ngomong aja takut broo!” Aksa tertawa keras.
Lintang bingung mendengar percakapan antar sahabat yang saat ini ada di depannya. Dia masih belum bisa menduga ada apa.