“Ada apa?”
Mereka berdua saling pandang.
Rian menguatkan dirinya, memantapkan hatinya.
Sekarang saatnya! Kali ini harus berhasil!
Saat ini saat yang tepat baginya untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis yang ada di hadapannya,
“Lintang, kamu tau?”
Mendengar pertanyaan Rian yang seperti itu, jantung Lintang berdegup lebih kencang. Kedekatan mereka berdua selama ini memang sudah menimbulkan perasaan yang lebih dari ‘sekadar’ sahabat. Lintang menyadari perasaan Rian padanya – seperti halnya perasaannya sendiri pada pemuda yang saat ini ada di hadapannya.
“Lintang…” Rian menahan kalimatnya.
Dia akan mengatakannya, pikir Lintang.
Sungguh bukan hal yang mudah bagi siapapun untuk mengatakan hal seperti ini. Bibir Rian mendadak kembali terkunci seperti waktu itu, jantungnya berdegup semakin kencang, rasa hatinya saat ini campur aduk tak karuan.
Tapi sekarang saatnya! Sekarang atau tidak sama sekali!
Dengan tekadnya yang kuat, sebaris kalimat akhirnya meluncur keluar dari bibirnya. Sebaris kalimat yang berasal dari dasar hatinya.
“Lintang… Aku suka kamu…”
Deg!
Meski sudah menduga akan mendapat pernyataan cinta seperti itu, mendengarnya langsung dari mulut Rian yang disukainya membuat wajah Lintang bersemu merah. Perlahan gadis itu menundukkan kepalanya, masih belum tahu apa yang harus dikatakannya.
Koridor sekolah sore itu menjadi saksi bisu ketika Rian akhirnya menyatakan perasaannya pada Lintang. Hanya debar jantung kedua remaja tersebut yang saat ini terdengar dengan jelas.
“Rian… Kenapa?” tanya Lintang akhirnya.
“Apa harus ada alasan untuk suka sama seseorang?” Rian balik bertanya.
Lintang terdiam.
“Aku menyukaimu karena aku menyukaimu…” ujar Rian, “Nggak ada alasan yang lain. Kamu mau jadi pacarku? Kita jadian?”
Akhirnya saat seperti ini datang juga, batin Lintang.
Tapi apa dia masih akan menyukaiku setelah tahu masa laluku?
Rian, kamu nggak tau apapun tentang aku.
“Rian…”
Lintang mengangkat kepalanya dan memandang Rian,
“Kamu nggak tau apa-apa tentang aku…” ujarnya.
“Tentang?” tanya Rian.
“Semuanya…”
“Kamu bisa memberitahunya padaku…”
“Kamu yakin?”
“Ya.”
“Meski itu hal yang sangat buruk?”
“Ya.”
“Rian, aku nggak yakin kamu siap.”
“Aku siap, Lintang.”
“Aku masih nggak yakin, Rian…”
“Lintang…”
“Baiklah. Kalau itu memang maumu…”
Lintang menyerah. Dia kemudian mengambil sebuah amplop coklat dari tasnya. Sebuah amplop yang sudah lama dia persiapkan untuk saat ini. Amplop tersebut kemudian diangsurkannya pada Rian.
“Ini. Buka dan bacalah…” katanya.
Dengan penuh tanda tanya, Rian membuka amplop coklat tersebut. Isinya ternyata berlembar-lembar kertas hasil print dari berita-berita di internet. Dibacanya salah satu judul berita tersebut,
“SISWI SMA KHUSUS PUTRI TERNAMA, TERLIBAT VIDEO ASUSILA!
(TrebanNews.com – Yogyakarta) Masyarakat Yogyakarta sedang dihebohkan dengan beredarnya sebuah video tak senonoh yang melibatkan seorang siswi dari sebuah sekolah khusus putri ternama. Dalam video berdurasi sekitar 2 menit tersebut terlihat jelas wajah siswi yang belakangan diduga sebagai putri seorang tokoh terpandang di Yogyakarta.
‘Kami belum berani mengambil kesimpulan. Kita tunggu hasil penyelidikan kepolisian’ kata kepala sekolah khusus tersebut saat ditanya wartawan apakah benar siswi yang ada di video tersebut bersekolah di sana. Sementara pihak keluarga terduga siswi tersebut sampai saat ini masih belum bisa dimintai keterangan.
Hingga saat ini polisi masih menyelidiki peristiwa tersebut. (LL/RM)”
Tangan Rian bergetar membaca berita tersebut. Dia tak percaya dengan apa yang dibacanya. Dibacanya berita yang lain, namun isinya sama saja.