“Rian, kamu mau ke mana?”
Rian terus saja berlari tanpa menjawab.
“Rian! Tunggu!”
Lintang menyusulnya.
“Kamu marah?” tanyanya.
Mereka bicara sambil berlari. Rian tak menjawab pertanyaan Lintang, dia terus saja berlari.
“Rian!” panggil Lintang.
Tiba-tiba Rian berhenti.
“Lintang…” ujarnya tanpa memandang Lintang, dan ini membuat Lintang sedikit ketakutan.
Dia serius. Mungkin aku tadi keterlaluan mengerjainya. Aku harus minta maaf…
“Rian… aku…”
“Jangan bicara dulu,” potong Rian, “Sekarang aku harus memastikan sesuatu…”
“Memastikan… apa?” perasaan Lintang makin tak karuan.
Dilihatnya pemuda itu celingukan.
Ada apa? Ini keliatannya gawat. Pikir Lintang.
“Lintang…” ujar Rian, “Aku kok dari tadi nggak ngeliat toilet ya?”
“Riaaan!” Lintang memekik, “Kamu tadi bikin aku ketakutan setengah mati!”
Rian tertawa.
“Saatu samaa! Hahaha, emang enak dikerjain!”
“Riaaan! Awas ya!”
Sepanjang perjalanan pulang, kedua remaja ini saling usil satu sama lain.
(Bersambung)
Saat bersama Rian, Lintang bisa melupakan masa lalunya yang menyakitkan. Tapi akankah kisah cinta mereka berjalan mulus-mulus saja bak kisah cinta pangeran dan puteri negeri dongeng? Ikuti chapter berikutnya saat Lintang merasa mimpi-mimpi buruk itu mulai mengganggunya...
"Kisah Dua Hati" terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat...
Kisah Dua Hati #2 : Mimpi yang Semakin Mengganggu | Kejarlah Cinta #17 : The Ending
Sumber gambar : favim.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H