“Lintang…” sahabatnya Gita memanggilnya, ada nada khawatir dalam suaranya.
“Gi? Ada apa?” tanya Lintang, “Kenapa semua melihatku dengan tatapan aneh hari ini?”
Gita tak langsung menjawab, dia hanya mengangsurkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah video padanya.
“Kuatkan dirimu, Lintang. Dan sebelumnya aku benar-benar minta maaf,” ujarnya saat itu.
Melihat video itu, mendadak dunia terasa berputar bagi Lintang, tanah yang dipijaknya laksana lumpur hisap yang menariknya masuk ke dasar bumi. Dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Dalam video itu dia melihat dirinya dalam keadaan mabuk. Dengan keadaan dirinya yang seperti itu terdengar suara beberapa laki-laki dengan ucapan-ucapan kotor yang menyuruhnya melakukan hal-hal yang dalam mimpi pun Lintang tak membayangkan akan melakukannya. Tapi dia melakukannya! Dengan wajah yang terekam jelas!
“Maafkan aku, Lintang. Aku juga terima kiriman video ini dari orang lain. Aku terpaksa memperlihatkan ini padamu karena aku nggak sanggup membicarakannya. Aku akan menghapusnya segera,” ujar Gita terisak.
Lintang sudah tak mendengar ucapan sahabatnya karena saat itu kakinya lemas, seluruh tenaganya menghilang, dan dia tak sadarkan diri.
Lintang terisak.
Setiap kali ingatan akan kejadian tersebut kembali, Lintang menyesali dirinya. Dan yang bisa dilakukannya hanya menangis. Dia sadar, sampai kapan pun video tersebut tidak akan hilang, akan tersimpan selamanya di server-server internet di seluruh dunia, tersimpan di komputer-komputer pribadi entah siapa, bahkan bisa saja tersimpan di ponsel milik siapapun – yang bisa saja mengenalnya.
Dan mereka akan melihat apa yang dilakukannya.
Kebodohanku sudah membuatku dihantui penyesalan dan ketakutan seumur hidup.
Lintang mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan,
“Rian, aku sangat takut.”
* * *
“Aku akan menjengukmu nanti sepulang sekolah. Boleh?”
Dibacanya pesan singkat dari Rian. Hari itu Lintang tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Dan memang saat itu kondisinya tidaklah baik.
Dibalasnya pesan tersebut,
“Sendiri aja ya, jangan sama temen-temen. Ada sesuatu yang mau aku ceritain ke kamu. Cuma ke kamu. Please.”
Beberapa menit kemudian pesan balasan dari pemuda tersebut datang,
“Oke. Tadinya aku mo datang bareng Aca, tapi syukurlah dia ngerti setelah aku jelasin kondisimu.”
* * *
“Gimana keadaanmu sekarang? Kamu sakit apa?”
Saat ini Rian berada di kamar Lintang. Dilihatnya gadis itu berbaring di tempat tidur. Tadinya Rian ingin pintu kamar Lintang dibuka saja, tapi Lintang menolaknya.
Jadi, aku sekarang berdua di kamarnya dengan pintu tertutup…
Sebetulnya Rian merasa tidak nyaman seperti ini, dia tidak mau adanya omongan-omongan yang tidak enak di kemudian hari.
Tapi aku 'kan cuma tamu.
Dalam keadaan ini, Rian teringat kata-kata Aksa ketika dia menjelaskan bahwa Lintang hanya ingin dijenguk olehnya saja,