"Selamat pagi."
Sapaan hangat dan lembut itu membuatku membuka mata. Tampak di hadapanku seraut wajah cantik dengan senyumnya yang selalu mempesona.
"Tidurmu nyenyak sekali," ujarnya lagi.
Aku terbangun.
Saat ini 18 Mei 2034, jam 7 pagi.
Sinar matahari menembus masuk dari tirai jendela apartemenku di lantai 13.
"Pagi Alea," sapaku, "Bagaimana istirahatmu?"
Alea tertawa,
"Sama seperti biasanya, 2-3 jam sudah cukup buatku."
Aku bangkit dari tempat tidur.
"Otorisasi RA-01231326, modus ruang makan," aku memberi perintah suara.
Dalam beberapa menit tempat tidurku berubah menjadi sebuah meja lengkap dengan dua buah kursi. Perubahan bentuk ini dimungkinkan karena sebenarnya tempat tidur, meja makan, dan beberapa barang lain di apartemenku ini tersusun dari modul-modul nano yang bisa diprogram menjadi bentuk yang diinginkan.
Sempurna!
Aku kemudian duduk sambil menonton siaran televisi melalui sebuah layar holografik.
Tidak ada berita istimewa hari ini. Itu artinya aku bisa bekerja seperti biasanya dan bisa lebih lama bersama Alea.
Aku menyesap kopi yang disiapkan Alea untukku. Takarannya selalu pas sejak dulu. Tidak pernah perubah sedikitpun. Sama seperti Alea yang tidak pernah berubah sedikitpun sejak aku pertama kali membawanya kemari 7 tahun lalu.
"Alea," panggilku, "kamu ingat kapan kamu datang ke sini?"
Dia menoleh dan tersenyum,
"Kenapa kamu bertanya?" ujarnya.
"Tidak ada apa-apa," sahutku. "Aku cuma ingin tau saja apa ingatanmu masih bagus."
Ekspresi Alea berubah, dia seperti sedang berpikir meski sebenarnya aku yakin dia tidak bakal lupa.
"Tanggal 18 Mei 2027, jam 21.23. Benar?"
Aku bertepuk tangan.
"Dan kita sepakat untuk menjadikan tanggal itu sebagai hari ulangtahunmu, Alea."
Aku mendekatkan bibirku ke wajah cantiknya dan mencium pipinya.
"Selamat ulang tahun..." bisikku.
Selama 7 tahun ini aku merasa semakin dekat dengannya. Wajah cantiknya, kulit halusnya, rambut hitamnya, mata beningnya, suara lembutnya. Semua membuatku semakin tertarik padanya. Bahkan warna pipinya yang merona tadi ketika aku cium semakin menambah kekaguman dan ketertarikanku padanya.
Aku ingin bersamamu lebih lama, aku tidak ingin kamu pergi. Aku ingin dirimu yang seperti ini tetap di sini dan tidak berubah sampai kapan pun...
Mendadak smartwatchku berbunyi pelan, ada telepon masuk.
"Mode visual," perintahku.
Aku kemudian tersambung dengan LifePartner Inc, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan teman hidup buat orang-orang yang hidup sendiri seperti aku.
"Selamat pagi, bapak Raja? Kami dari LifePartner Inc bermaksud mengadakan survei tentang layanan kami, saya Karin..." di layar holografik tampak seorang wanita muda berwajah Asia Timur menyapaku.
"Silakan, saya tidak keberatan…" balasku.
Setelah beberapa pertanyaan standar, aku kemudian tiba di pertanyaan terakhir,
"Apakah bapak Raja ada masukan atau keluhan dengan life partner kami yang sekarang tinggal bersama bapak?"
Aku melirik Alea, dia tidak bergerak.
Dan memang dia sudah diprogram untuk off sementara jika ada telepon dari LifePartner.
Atau lebih tepatnya, semua android buatan LifePartner akan otomatis off jika klien mereka mendapat telepon dari perusahaan tersebut.
Ya, Alea adalah sebuah android. Sebuah robot. Bahkan namanya adalah singkatan dari Artificial Life Partner.
Di masa ini banyak manusia yang tidak mampu berkomunikasi dengan sesamanya.
"Manusia itu rumit. Kompleks."
"Aku tidak bisa hidup bersama makhluk yang aku tidak tahu jalan pikirannya..."
"Manusia akan menua dan mati..."
"Aku tidak mau hidup dengan orang yang akan meninggalkanku..."
Karena itu android alias robot humanoid menjadi pilihan teman hidup. Mereka menjalani peran sesuai kemauan klien mereka, sebagai sahabat, anak, orangtua, bahkan pasangan hidup. Robot-robot ini akan bertindak sesuai skenario yang sudah diprogramkan pada mereka. Dan Alea adalah salah satunya, dia sudah diprogram untuk menjadi pasangan hidupku.
"Pak Raja?" terdengar suara Karin.
Aku tersadar.
"Oh maaf, saya tidak fokus tadi. Tidak, saya tidak ada keluhan apa-apa dengan life partner dari perusahaan Anda."
Karin tersenyum,
"Senang mendengarnya. Terimakasih atas waktu yang sudah bapak berikan pada kami. Selamat pagi."
Alea, jangan pergi dariku.
Catatan Penulis :
Tulisan ini berangkat dari pengamatan saya pada beberapa orang yang bisa jatuh cinta pada karakter-karakter maya (karakter yang tidak benar-benar ada) dan melihat fenomena berkembangnya teknologi robot di Jepang khususnya yang sudah masuk dalam tahap "robot yang semakin mirip manusia".
Di masa depan, sangat memungkinkan terjadi relasi semacam ini antara manusia dengan android (robot humanoid, robot yang seperti manusia). Ilustrasi yang digunakan untuk cerita di atas adalah salah satu android bernama Geminoid F yang dirancang para ilmuwan di Osaka University.
Referensi (Tautan Luar) :
Sumber Gambar : theglobalmail.org
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H