Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Dua Hati #10: Aku Mencintaimu

26 Mei 2014   14:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Atau…” Lintang melanjutkan kalimatnya, “Ada hal yang mau kamu bicarakan?”


Mungkin aku memang mau ngomong sesuatu, pikir Rian.  Tapi dia kembali menggelengkan kepalanya.


“Nggak ada apa-apa,” ujarnya, “Aku cuma pengen pulang bareng kamu aja.  Rasanya udah lama banget kita nggak pulang bareng.”


Aku memang BENAR-BENAR masih mencintainya…

* * *

Kedua remaja itu berjalan bersama sepulang sekolah.  Lintang akhirnya setuju untuk pulang bareng Rian hari ini.  Sepanjang perjalanan mereka membicarakan hal-hal ringan, saling bercanda, dan bermain tebak-tebakan.


“Coba tebak,” kata Rian saat mereka berhenti dan mendengar sirine di jalur perlintasan kereta api, “Keretanya datang dari kiri atau kanan?”

Lintang berpikir sejenak kemudian berkata,


“Kiri!”


“Kalo gitu aku kanan,” balas Rian.


“Eh tunggu dulu, hukumannya apa?”


“Yang kalah harus make tas yang menang.  Deal?”


“Deal!” seru Lintang.

Tak berapa lama, kereta lewat.  Melihatnya Lintang berseru kegirangan,


“Yess!  Kereta dari kiri!  Aku menang!”

Sambil tersenyum nakal, gadis itu kemudian menyodorkan tas sekolahnya yang bermotif white floral.


“Nih, tolong ya.”

Wajah Rian langsung pucat melihat tas Lintang yang modelnya ‘cewek banget’.  Pemuda itu memandang Lintang seolah minta dikasihani, tapi Lintang bergeming.


“Perjanjian tetap perjanjian.Yang kalah harus make tas yang menang,” ujarnya sambil tetap tersenyum.


“Tapi…”


“Nggak ada ‘tapi’, kan kita udah deal.  Nah sekarang, ayo pake tasku.”

Sambil bersungut-sungut dan diiringi olok-olok orang-orang yang kebetulan melihatnya, Rian memakai tas Lintang di punggungnya.


“Ayo jalan,” serunya pada Lintang yang berusaha menahan tawanya, “Ayo.  Mo ngapain lagi?”


“Tunggu sebentar,” tukas Lintang.

Gadis cantik itu mengambil ponselnya dan…

Klik!


Dia memotretku!


“Nah sudah,” Lintang tersenyum puas, “Ayo jalan.”

Sepanjang jalan Rian menggerutu.

* * *


“Rian, terimakasih…”

Saat ini mereka sudah tiba di tempat Lintang.


“Pulang bareng tadi benar-benar menyenangkan,” sambung Lintang.


“Yah, kalo kamu suka, kita pulang bareng aja tiap hari,” sahut Rian.

Lintang tertawa.


“Mau masuk?” tanyanya.


“Makasih, Lin.  Lain kali aja.”

Keduanya saling pandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun