Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Dua Hati #19 : Insiden! Part II

16 Juni 2014   14:04 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:32 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1402846429652200604

Cerita Sebelumnya :

Akhirnya Niko berhasil menemui Lintang dengan cara membuntuti gadis itu sepulang sekolah.  Akan tetapi gadis itu tidak sudi berbicara dengan Niko sehingga terjadilah pertengkaran antara keduanya.  Rian bermaksud melerai pertengkaran mereka namun upaya Rian malah dianggap sebagai sebuah tantangan oleh Niko.  Dan sebuah kecelakaan terjadi ketika Lintang yang bermaksud melerai mereka berdua malah didorong oleh Niko ke tengah jalan!

CHAPTER 19

Tubuh Rian tertelungkup di tengah jalan, Lintang menangis histeris di sampingnya, sementara Niko berdiri mematung, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Masih segar di ingatannya ketika dirinya yang dikuasai emosi mendorong Lintang ke tengah jalan, pada saat bersamaan ada motor yang melaju.  Namun hanya sesaat sebelum motor itu menabrak Lintang, Niko melihat pemuda yang bersama Lintang itu berlari dan mendorong gadis tersebut supaya tidak tertabrak motor.


Lintang selamat, tapi dia yang kena…


“Lintang…Aku…” ucap Niko terbata.

Dalam kesedihan dan kemarahannya, Lintang berteriak pada Niko,


“Kalau sampai terjadi apa-apa sama Rian, sampai mati sekalipun AKU NGGAK AKAN PERNAH MAAFIN KAMU!!!”

Orang-orang bersafari hitam itu tiba.Yang satu orang menghampiri Niko dan Lintang, seorang lagi menghampiri si pengendara motor yang nampaknya baik-baik saja, sementara yang satunya menghampiri Rian yang masih tertelungkup di jalan.


“Dia pingsan, Ndan!” serunya, “Kita bawa ke rumah sakit!”

Orang yang dipanggil “Ndan” itu rupanya komandan mereka, dia menghampiri Niko,


“Mas Niko nggak apa-apa?Kalau mau pulang biar saya suruh orang untuk jemput ke sini.”

Niko hanya diam.

Dengan gontai pemuda itu duduk dan menstarter motornya.


“Lintang, maafkan aku…”

Niko kemudian memacu motornya meninggalkan tempat itu.Sang komandan sudah mafhum akan kelakuan Niko, dia kemudian tampak menghubungi seseorang.


“Minta tim B untuk melanjutkan pengawalan.Ada insiden di sini.”

Rian sudah berada di dalam Pajero, masih pingsan.Komandan tersebut kemudian menghampiri Lintang yang masih menangis,


“Mbak Lintang ya?Saya mau bawa temannya ke rumah sakit.Mbak Lintang mau ikut atau mau saya antar pulang saja?”


“Saya ikut, pak,” isak Lintang.

* * *

Aksa yang pertama kali tiba di rumah sakit.


“Rian!Lintang!” teriaknya.

Saat itu Rian sudah siuman.Kepalanya diperban, sementara luka-luka di tubuhnya sudah ditangani tim medis.


“Ca…” sapanya lemah.


“Gimana kondisimu?” tanya Aksa.

Rian meringis sambil memegang kepalanya.


“Aku nggak apa-apa.Dokter bilang aku baik-baik aja, cuma kepalaku masih agak sakit.”


“Yah syukurlah kalau nggak ada apa-apa.Semuanya cemas tadi dengar berita kamu kecelakaan,” ujar Aksa yang kemudian menoleh pada Lintang.

Dilihatnya gadis itu duduk dengan kepala menunduk.Tampak sesekali Lintang mengusap air matanya dan kadang terdengar isakannya.


“Aku yang salah.Rian menyelamatkan aku.Maafkan aku, Rian, Aksa…” ucap Lintang terbata-bata.

Aksa dan Rian saling pandang.

Rian memberi isyarat agar Aksa mendekat.


“Tolong jangan salahkan Lintang karena kejadian ini…” bisik Rian.

Aksa mengangguk.


Tapi gimana nanti reaksi Rin?

Pintu ruang perawatan kembali terbuka dan terlihat Rin menghambur masuk.


“Rian!Kamu nggak apa-apa?”


“Aku nggak apa-apa, Rin.Kamu nggak perlu cemas, untungnya aku tadi cuma keserempet,” jawab Rian.

Rin kemudian menoleh pada Lintang yang masih tertunduk.


“Lintang, kenapa bisa kejadian seperti ini?”

Lintang masih terdiam, dan ini membuat Rin gusar.


“Lintang!”

Semua yang ada di ruangan itu terkejut mendengar nada suara Rin.


“Sudah, Rin,” Rian memegang tangan Rin, “Dia nggak salah, aku aja yang nggak hati-hati.  Lagian dokter juga udah bilang kalo aku nggak apa-apa kok...”


“Maafkan aku, kak Rin,” Lintang menjawab pelan, “Aku akan cerita semuanya…”

Lintang kemudian menceritakan kronologis peristiwa yang terjadi semenjak mereka pulang sekolah hingga saat Rian menyelamatkannya dari terjangan motor.Rin menghela nafas mendengar cerita tersebut.


“Aku minta maaf, Rian, Aksa, kak Rin,” ucap Lintang, “Gara-gara masalahku sama mantanku, Rian sekarang jadi seperti ini.”

Keheningan menyergap ruangan tersebut.


“Lintang…” Rin memecah keheningan.

Lintang mengangkat wajahnya, memandang Rin.


“Terimakasih untuk perhatian kamu ke Rian selama ini,” Rin melanjutkan ucapannya, “Sekarang lebih baik kamu pulang dan istirahat, untuk selanjutnya kamu nggak perlu cemas soal Rian.Biar ini jadi tanggung jawabku.”

Kata-kata Rin memang terdengar halus, namun siapapun yang mendengarnya akan paham bahwa Rin meminta Lintang untuk menjauhi Rian – mulai sekarang.

Dan Lintang memahami maksud perkataan Rin.


“Baik, kak.Aku ngerti,” gadis itu beranjak dari sofa, “Sekali lagi aku minta maaf sudah membuat Rian terkena akibat dari masalahku.Bye semuanya…”

Lintang melangkah dengan gontai.Dunia terasa berputar.


Aku harus kuat!Aku tidak boleh pingsan.

Keringat dingin mengalir dari tubuhnya.Pandangannya terasa semakin gelap.


Aku tidak boleh pingsan di sini!

Meski berupaya menguatkan dirinya, Lintang akhirnya jatuh pingsan saat samar-samar dia melihat Aksa berlari menghampiri dirinya.


“Lintang!”

Itulah kalimat terakhir yang didengarnya sebelum semua menjadi gelap.

(Bersambung)

Rasa bersalah Lintang atas kejadian yang menimpa Rian membuat gadis itu berada di batas kekuatannya.  Lintang pingsan!  Hubungan Rian-Rin-Lintang sedang berada di titik terburuk!  Ikuti chapter berikutnya saat Aksa sedikit menceritakan kehidupannya untuk memberi semangat pada Lintang...

“Kisah Dua Hati” terbit tiga kali dalam seminggu, Senin, Rabu, dan Jumat…

Kisah Dua Hati #20 : Aksa |   Kisah Dua Hati #1 : Straight Set!


Sumber gambar : weheartit.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun