Aida.
Apa kabarmu sekarang?
Saat ini aku merasakan adanya sebuah ironi. Aku - dengan keinginan menemui Aida - memutuskan untuk kuliah di Jakarta, kota tempat Aida berasal. Namun yang terjadi saat ini justru Aida tinggal di Semarang yang tidak begitu jauh dari kampung halamanku Tegal.
Ya, perjalanan dari Tegal ke Semarang bisa ditempuh dengan kereta api ekonomi Kaligung selama kurang-lebih 3 jam.
Kereta yang aku tumpangi kini berhenti di Stasiun Besar Cirebon. Aku memutuskan untuk turun sejenak membuang hawa dingin yang sejak tadi menyergap. Begitu kakiku turun dari kereta, beberapa pedagang asongan menawariku kopi dan mie instan.
Bolehlah, pikirku.
Aku kemudian berjongkok sembari menyesap segelas coffemix.
Hangat.
Aku baru memperhatikan, rupanya selain kereta yang aku tumpangi ini, ada lagi kereta lain yang sedang berhenti di sini. Dan kereta tersebut tampaknya sebentar lagi akan diberangkatkan menuju tujuannya karena nampak beberapa penumpang tergopoh-gopoh kembali masuk ke dalam kereta setelah mendengar pengumuman petugas Stasiun Besar Cirebon.
Iseng aku bertanya pada salah satu pedagang,
“Pak, itu kereta dari mana ke mana?”
“Itu kereta dari Semarang ke Bandung,” jawab si pedagang.
“Oya?" aku terkejut.
Jangan-jangan Aida ada di kereta itu, aku membayangkan.
Ah tapi mana mungkin...
Aku menyapu pandanganku ke sekeliling kereta tersebut, mengharapkan adanya keajaiban - meski kemungkinannya kecil.
Namun kecilnya kemungkinan bukan berarti tidak ada kemungkinan...
Mataku mendadak tertumbuk pada seorang gadis yang saat itu berlari kecil menuju kereta, entah kenapa aku tidak bisa melepaskan pandangan darinya. Sayup suara hatiku memberi sinyal bahwa aku mengenalnya.
Aida?
Aku ragu.
Aida?
Apa aku nggak salah liat?
Sedetik kemudian aku sadar.
Aida!
Itu bener-bener Aida! Dia bener-bener ada di kereta itu!
Aku bangkit, tak peduli lagi dengan sisa kopi yang belum kuminum.
Aida!
Aida!
Aku berlari menuju kereta tersebut yang saat ini sudah mulai bergerak perlahan. Aku berlari menghampiri gerbong tempat Aida tadi masuk. Aku tahu tidak akan bisa masuk ke dalam gerbong karena kereta sudah bergerak. Tapi setidaknya aku ingin Aida melihatku.
Kereta kini sudah bergerak semakin cepat. Pintu kereta sudah ditutup seluruhnya.
Aku semakin mendekati gerbong yang tadi dimasuki Aida.
Itu dia!
Aku melihatnya. Kebetulan dia duduk di sisi jendela yang tepat.
Aku semakin mempercepat lariku.
Namun saat aku semakin mendekatinya, aku sudah sampai di ujung peron. Aku tak bisa maju lagi, sementara kereta sudah bergerak semakin cepat dan semakin cepat hingga mengecil dan hilang dari pandangan.
Aku mematung dalam kelelahan.
Padahal tinggal beberapa langkah lagi...
Mendadak aku teringat dengan nomor yang aku dapat dari Lia. Aku bergegas merogoh saku celanaku.
Di mana nomer tadi? Di mana?
Tanganku meraba-raba saku celanaku - kiri dan kanan, depan dan belakang.