“Airin, beri salam sama Tante Aida,” ujarnya.
Aida tampak salah tingkah,
“Mina, ini anakmu. Apa kamu sama Faiz sudah...?” tanyanya ragu.
“Menikah maksudmu?” tegas Mina.
Aida hanya mengangguk. Kebingungan tampak di wajahnya.
“Aida, aku memang sudah menikah,” balas Mina, “Tapi Faiz belum.”
“Maksudnya?" Aida semakin bingung.
“Ya tentu saja Airin ini anakku. Tuh bapaknya,” ujar Mina sambil menunjuk seorang tentara yang baru turun dari mobil angkutan pedesaan. Tampak tentara itu tersenyum pada kami.
“Airin, Ayah pulang tuh,” ucap Mina pada Airin. Mina kemudian menghampiri suaminya yang juga teman masa kecil kami, Priyo. Mereka bertiga larut dalam kebahagiaan sebuah keluarga kecil.
Aku tersenyum pada Aida,
“Seperti kata Mina tadi, aku memang belum menikah.”
“Tapi... bukannya yang aku tahu dulu kalian dijodohkan?” tanya Aida.
“Betul. Tapi dua tahun lalu kami sudah memutuskan untuk mencari jodoh masing-masing, dan untungnya orangtua kami setuju. Itu juga karena Mina sudah keburu naksir sama Priyo yang jadi tentara itu. Mereka menikah nggak lama setelah Lebaran.”
Aku memandang Mina dan keluarga kecilnya.
“Mina adalah temanku sejak kecil, dan aku tidak bisa menganggapnya lebih dari itu. Begitupun dia yang tetap menganggapku sebagai sahabat, tidak bisa lebih dari itu.”
“Faiz...” gumam Aida.
“Tapi kenapa Aa nggak pernah nelpon kak Aida atau aku?” tanya Lia tiba-tiba.
“Itu ada ceritanya...” ujarku kemudian menceritakan kejadian yang terjadi di Stasiun Besar Cirebon.
“Jadi begitu...” gumam Aida.
Mina dan Priyo yang menggendong Airin menghampiri kami.
“Hei semuanya kok masih pada di luar?" tanya Mina, "Ayo masuk! Sudah mau buka puasa, besok juga kita mau Lebaran. Kita bisa bertukar cerita sambil buka puasa nanti.”
“Mina...” secara bersamaan aku dan Aida memanggilnya sambil mata kami saling menatap.
“Sepertinya kami mau bertukar cerita di rumahku,” lanjutku, “Ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan padanya.”
“Aku juga...” ujar Aida.
Mina tersenyum.
- T A M A T -
Jakarta, 27 Juli 2014
Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu