Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Faiz & Aida #6 : Perjodohan

27 Juli 2014   13:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Haha Faiz, Faiz.  Lebih baik kamu mulai sekarang lupain Aida, kamu ‘kan sudah nyerah sama dia.”

Kami berdua tersenyum.

* * *

Bulan Ramadhan dua tahun kemudian...


“Airin, sini.”

Bocah perempuan berusia satu tahun itu menghampiriku dengan langkah tertatih.  Di belakangnya terlihat Mina memanggil Airin sambil tangannya memegang mangkuk berisi bubur bayi.


“Airin,” panggil Mina lagi.


“Airin, jangan dengerin Ibu,” panggilku, “Sini...”

Bocah kecil yang baru belajar berjalan itu sejenak terdiam dan bergantian memandang kami berdua.  Lalu akhirnya dengan tawa mengembang, Airin menghampiriku yang segera menggendongnya.

Aku tertawa sambil meledek Mina.


“Yess!  Ibu kalah!”


“Dasar, kalau ada kamu dia selalu saja lebih milih kamu,” kata Mina - ibunya.


“Itu mungkin karena dia tau kalau aku orang baik,” balasku.

Percakapan kami mendadak terhenti.

Sebuah mobil dengan pelat nomor Jakarta datang dan berhenti di depan rumah Mina.  Kaca depan mobil dibuka dan tampak seraut wajah yang kukenal.


Tante Dian!  Om Wid!  Mereka sudah berkumpul lagi?

Mereka tersenyum.  Kami berdua pun balas tersenyum dan saling pandang.  Mobil kemudian diparkir di halaman rumah Mina.  Buru-buru kami menghampiri mereka.


“Om Wid, Tante Dian,” sapaku, “Berdua saja?”


“Mana mungkin kami cuma berdua,” balas Tante Dian sambil melirik pintu belakang mobil.

Cekrek!

Terdengar pintu belakang mobil dibuka, kemudian tampak seraut wajah cantik sambil tersenyum meledek.


Lia!


“Kenapa, A?  Nyari kak Aida ya?” tanyanya.

Aku tak bisa menjawab.  Lia kemudian turun dari mobil diikuti seseorang lagi.  Orang yang aku sendiri sudah menyerah untuk mencoba menemuinya.

Dan kini dia ada di hadapanku.


Aida.

Aku tak sadar bahwa Airin masih ada di gendonganku.


“Apa kabar, Faiz?” sapanya.

Aku masih tak percaya Aida ada di hadapanku.  Gadis teman masa kecilku yang tiba-tiba menghilang dan sulit aku temui, kini ada di hadapanku.


“Aida...” hanya itu yang bisa kuucapkan.

Sungguh sebuah pertemuan yang sama sekali tak terduga.


“Mina,” sapa Aida, “Itu anakmu?”


“He’eh,” balas Mina, “Namanya Airin.”

Mina kemudian mengambil Airin dari gendonganku dan menghampiri Aida,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun