Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #16: Kembali ke Jakarta

28 Oktober 2014   16:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14144631961615984271

Cerita Sebelumnya :

Suatu malam saat hujan meteor, Angga dan Nay akhirnya jadian dan sudah tak bisa lagi membohongi perasaan masing-masing.  Tahapan baru dalam hubungan mereka berdua pun dimulai meski segalanya masih belum pasti dan ada rahasia besar yang disembunyikan oleh Nay.

CHAPTER 16

Bip!

Kamera video itu mengeluarkan bunyi pendek sebagai tanda bahwa perangkat sudah aktif.

“Kok nggak ada gambarnya?” tanya Nayla bingung.

Saat itu ia berada dalam mobil – bersama Nayra saudara kembarnya.

Nay masih mengutak-atik kamera video yang dipegangnya.  Benda itu dimatikan kemudian dinyalakan lagi, tapi layarnya masih belum menampilkan apapun. Masih gelap.

“Ini gimana sih?” tanyanya lagi.

Saudara kembarnya tertawa,

“Lana, Lana.  Buka dulu dong penutup lensanya.”

“Ah,” Nayla baru sadar, “Iya ini, aku lupa,” ujarnya tersipu.

Ia kembali menekan tombol perekaman dan merekam dirinya sendiri di depan kamera.

“Hai, sekarang kita dalam perjalanan menuju kotanya Rana.  Rana katanya kangen pengen ketemu teman masa kecilnya.”

Usai bicara, Nayla kemudian mengarahkan kamera pada Nayra yang tersenyum-senyum,

“Nih dia si tomboy yang kangen sama seseorang,” katanya dengan gaya seorang reporter, “Tara Kissa Nayra, apa bener kamu yang minta perjalanan ini?”

“Apaan sih?” tepis Nayra masih tersenyum lebar.

“Jadi, siapa yang kamu kangeni sebenernya?  Angga atau Novan?” cecar Nayla.

“No comment, okay?  N-O-C-O-M-M-E-N-T.  Titik.  Nggak pake koma.” Nayra mengambil bantal dan ditutupkan ke mukanya.

Kamera kembali menyorot Nayla yang berbicara sendiri,

“Jadi begitulah pemirsa, Rana si tomboy ini yang kemarin mewek-mewek minta kita sekeluarga jalan ke kota masa kecilnya itu untuk nemuin pacarnya.”

“Hei!” sergah Nayra, “Jangan sembarangan bikin gosip!”

“Ini bukan gosip, pemirsa.  Ini fakta!”

“Gosip!”

“Fakta!  Dan sebentar lagi kita akan melihat seperti apa muka cowok-cowok yang bakal jadi korban Kissa Nayra,” Nayla berbicara menirukan gaya presenter-presenter infotainment di layar kaca.

Keramaian di bangku belakang mobil yang membawa mereka tak lepas dari perhatian Arya dan Saras.

“Anak-anak udah pada gede masih berisik aja,” gumam Saras.

“Seperti kamu, bukan?” Arya tersenyum sambil terus menyetir.

“Hih!  Kamu ini…”

Mendengar ucapan istrinya itu, senyum Arya melebar.

“Tapi memang kebetulan aku juga kangen sama kota masa kuliahku itu, kota di mana aku ketemu seorang gadis berkuncir yang bikin aku tergila-gila.”

“Hah, gombal!” Saras tertawa, “Cintamu nggak sekukuh omonganmu. Buktinya waktu itu kamu…”

Kalimat Saras terputus oleh ucapan Nayra yang sekarang gantian memegang kamera,

“Okay!  Here they are our beloved mom and dad.  Hai, Bu.  Hai, Yah.”

Kamera menyorot Saras yang tersenyum dan melambaikan tangan kemudian berpindah ke Arya yang tetap konsentrasi pada jalanan di depannya.

Nayra mendekatkan kamera ke wajahnya dan berbisik,

“Angga, aku nggak sabar untuk ketemu ka…”

“AYAAAH!!”

Terdengar pekikan Saras.

Nay tersentak bangun dari tidurnya.

Jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya terasa sangat lemas.

Masih terngiang jeritan ibunya saat itu.

Mimpi.

* * *

Ibu sedang melakukan beberapa pekerjaan kecil ketika ia mendengar langkah kaki Nay yang menuruni anak tangga. Diliriknya jam dinding di ruangan tersebut.

Jam 4?  Sepagi ini dia sudah bangun?

“Pagi tante,” sapa Nay hangat.

“Pagi Nay,” sapa Ibu, “Kamu bangun pagi-pagi sekali.”

“Iya tante.”

Gadis itu mengambil segelas air hangat dan meminumnya.  Pandangannya tertuju pada kalender yang tergantung di ruangan tersebut.

“Tante,” katanya pada Ibu, “Sepertinya Nay harus pulang ke Jakarta.”

* * *

“Pulang ke Jakarta?!” Angga terkejut.  Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan ke sekolah – berboncengan seperti biasa.

“Cuma sebentar,” balas Nay, “Mungkin 2-3 hari.”

“Kok mendadak banget?” Angga masih heran sambil terus mengayuh.

“Kebetulan minggu banyak ada tanggal merah.  Aku juga udah lama nggak nengok orangtuaku.  Jauh dari orangtua ternyata bikin kangen juga.”

“Oh gitu.”

Mereka berdua akhirnya tiba di sekolah. Angga memarkirkan sepedanya sementara Nay menunggu.

“Jadi,” ujar Angga, “Kamu sama siapa nanti ke Jakartanya?  Apa Om Arya yang jemput kamu ke sini atau gimana?”

Nay menggeleng.

“Aku yang ke sana.  Kasian Ayah kalo harus jemput ke sini.”

Angga mengangguk.

“Apa aku ikut kamu ke Jakarta?” tanyanya.

Nay memandang Angga dengan ekspresi terkejut.

“Kenapa?” tanya Angga menyadari adanya keterkejutan di wajah Nay.

“Maaf, Angga,” lirih Nay.

Mereka menghentikan langkah.

“Aku minta maaf,” Nay mengulang ucapannya.

“Minta maaf kenapa?” Angga tak mengerti.

“Aku harap kamu nggak salah paham.”

Nay kemudian membuka tas dan mengambil ponselnya. Diperlihatkannya satu pesan singkat yang tersimpan di ponselnya pada Angga,

“Ini.  Aku harap kamu ngerti.”

Angga membaca pesan tersebut dan mengernyitkan dahinya.

SMS ini… dari Novan?

Nay ke Jakarta bareng Novan?

(Bersambung)

Ada apa?  Kenapa Nay memilih ke Jakarta bareng Novan?  Apa hal tersebut berkaitan dengan rahasia yang disimpannya rapat-rapat?  Bagaimana tanggapan Angga?  Jangan lewatkan chapter berikutnya...

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #17 : Percayalah Padaku... |   Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?

Sumber gambar : favim.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun