“Kok mendadak banget?” Angga masih heran sambil terus mengayuh.
“Kebetulan minggu banyak ada tanggal merah. Aku juga udah lama nggak nengok orangtuaku. Jauh dari orangtua ternyata bikin kangen juga.”
“Oh gitu.”
Mereka berdua akhirnya tiba di sekolah. Angga memarkirkan sepedanya sementara Nay menunggu.
“Jadi,” ujar Angga, “Kamu sama siapa nanti ke Jakartanya? Apa Om Arya yang jemput kamu ke sini atau gimana?”
Nay menggeleng.
“Aku yang ke sana. Kasian Ayah kalo harus jemput ke sini.”
Angga mengangguk.
“Apa aku ikut kamu ke Jakarta?” tanyanya.
Nay memandang Angga dengan ekspresi terkejut.
“Kenapa?” tanya Angga menyadari adanya keterkejutan di wajah Nay.