Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

X-Gene: Dao (3)

6 November 2014   07:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sebelumnya :

Dr. Gene Valenzuela bersama Cassie akhirnya menemui Dao yang dikurung dalam sebuah kandang besi, tangan gadis itu bahkan dirantai dan kakinya dipasung.  Seberapa besar sebenarnya kekuatan Dao sehingga diperlukan tindakan pencegahan seperti itu?  Gene memutuskan untuk bicara pada gadis tersebut dengan dibantu Cassie.  Awalnya Dao nampak ragu, namun kemudian gadis itu memutuskan percaya pada dua orang asing yang ada di hadapannya ini.

“Kalian bisa mempercayai kami – terutama Dr. Gene,” ujar Cassie dalam bahasa Thai.  Tangannya masih menggenggam tangan Gene.

Dao yang semula ragu akhirnya memberanikan diri memegang tangan Gene yang diulurkan padanya.

“Sekarang fokuskan pikiranmu pada keinginan untuk bisa memahami apa yang kami ucapkan,” lanjut Cassie.

Dao menurut.

“Oke,” terdengar suara Gene, “Nona Dao, sekarang kau mengerti apa yang aku katakan?”

Dao terbelalak.  Ia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.  Ia tak ragu bahwa pria di hadapannya ini bicara dalam bahasa Inggris.

Tapi aku tahu apa yang dia katakan.

“Bagaimana… bagaimana kau melakukannya?” tanya Dao.  Ia menoleh pada Dara adiknya dan bicara dalam bahasa Thai, “Aku tahu apa yang mereka katakan.”

Dara mengerjapkan matanya seolah tak percaya,

“Benarkah?  Bagaimana bisa?”

Kedua gadis kakak beradik itu memandang Cassie dan Gene.

“Well,” Cassie mengangkat bahu dan menoleh pada Gene, “Itulah kemampuan Dr. Gene. Pegang tangannya, pusatkan pikiranmu pada satu hal, dan… voila!  Keinginanmu akan terwujud.”

“Sungguh?” Dao masih tak percaya.

“Hanya untuk hal-hal tertentu, Nona Graham” jawab Gene pada Cassie, “Sekarang, tolong katakan padanya bahwa kita bisa bercerita banyak hal, mulai dari salam perkenalan.”

* * *

“Jadi begitulah,” McGee menutup buku catatannya, “Kepolisian menutup kasus kematian delapan pemuda tersebut karena tidak ada bukti bahwa salah seorang dari empat gadis itu yang melakukannya.”

Hassan mengangguk-angguk mendengar penuturan McGee.

“Calon pelaku yang malahan menjadi korban.  Dan bulu-bulu yang ditemukan di lokasi kejadian?”

“Yah, secara resmi kepolisian menganggap itu adalah bulu hewan – mungkin harimau atau kera besar – dan menganggap pemuda-pemuda itu naas karena bertemu dengan hewan yang sedang marah,” McGee mengangkat bahu.

“Tapi cerita yang beredar di masyarakat bukan seperti itu,” potong Hassan, “Salah satu dari gadis-gadis itu akhirnya menceritakan bahwa pelakunya adalah Dao.”

* * *

Di dalam rumah, tampak Gene dan Cassie masih mendengarkan cerita Dao dengan seksama.

“Aku mengerti,” ujar Gene kemudian, “Jadi, perubahan fisiknya sangat dipengaruhi kondisi emosi.”

Cassie menerjemahkan apa yang Dao ucapkan pada Gene.  Sementara Dao – yang masih memegang tangan Gene, mengangguk.

“Perubahannya tergantung pada seberapa kuat tingkat emosi yang kurasakan.  Semakin kuat emosinya, semakin cepat pula perubahan yang terjadi.”

“Jika aku boleh bertanya,” tukas Gene, “Emosi apa saja yang memicu perubahan fisikmu, Nona Dao?”

Dao terdiam sejenak mendengar pertanyaan Gene yang diterjemahkan ke dalam bahasa Thai oleh Cassie.

“Nona Dao?” tanya Gene.

Dao menghela nafas.

“Semuanya, Dr. Gene.  Sedih, gembira, kecewa, takut, bahagia, bahkan cinta.  Semuanya.”

Gene memandang bulu-bulu berwarna keemasan yang saat ini sudah semakin banyak memenuhi tubuh Dao.

“Lalu, apa yang saat ini kau rasakan?” tanyanya.

Cassie memandang Gene, kemudian Dao.

* * *

BRAKK!

Hassan dan McGee terkejut.

Dari dalam rumah terdengar suara seperti benda yang dihantam dengan sangat keras.  Aparat polisi dan militer kembali bersiaga penuh dengan senjata yang diarahkan ke satu titik. McGee dan Hassan juga mencabut senjata masing-masing.

BRAKK!!!

Mendadak dinding rumah itu hancur berantakan. Material pembangun rumah tersebut berserakan ke segala arah ditemani gumpalan debu tebal. Hassan dan McGee mundur sambil terbatuk-batuk.

Beberapa saat kemudian debu itu menghilang.

Semua bersiaga, pemandu infra merah di tiap senjata anggota polisi dan militer sekarang diaktifkan. Cahaya merahnya menari-nari menyusuri dinding rumah yang tersisa.  Namun tak ada apapun yang terjadi, tak ada satupun yang keluar dari rumah itu.

Suasana hening.

Mencekam.

Hassan dan McGee saling pandang dan memberi kode.

Mereka maju selangkah.

Aman!

Mereka maju selangkah lagi.  Wajah mereka diliputi ketegangan dan kewaspadaan.  Tiga langkah sudah mereka maju.  Jarak antara mereka berdua dengan rumah itu semakin dekat.

“Awaas!!”

Mendadak daun pintu rumah tersebut terlempar dan menghantam sebuah mobil polisi yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat mereka berdiri.

Belum selesai keterkejutan mereka, tiba-tiba dari dalam rumah muncullah sesosok makhluk yang mirip kera.

“Ya Tuhan, ini tidak mungkin…” desis McGee tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tinggi makhluk itu sekitar 3 meter dengan bulu-bulu berwarna keemasan di sekujur tubuhnya. Mata merahnya menandakan makhluk itu sedang sangat marah.

Dan makhluk itu membawa Gene – lebih tepatnya membopong Gene sambil memegang tangannya!

Ini gawat! Pikir Hassan.

Jika makhluk itu tahu kekuatan Dr. Gene, ia bisa memanfaatkan kekuatan tersebut dan menjadikannya tak terhentikan!

Hassan memperbanyak dirinya sebanyak yang ia bisa.

Aku harus menghentikannya!  Sekarang!

Puluhan sosok Hassan itu secara bersamaan menyerang kera raksasa berbulu emas tersebut.

Terdengar suara pukulan bertubi-tubi menghujani tubuh kera tersebut.  Makhluk itu tampak kerepotan menghadapi Hassan.  Tangan kanannya berusaha menghalau Hassan sambil sesekali mencoba melindungi kepalanya dari hajaran agen terbaik unit X-Gene yang memiliki kemampuan memperbanyak diri tersebut.

Kera raksasa itu meraung!

“Agen Davidson!” teriak Gene yang masih didekap makhluk tersebut, “Tindakanmu hanya akan membuatnya semakin marah!”

“Aku bermaksud membebaskanmu, dok!” seru Hassan sambil terus memukul.

“Ini bukan keputusan yang baik!” Gene kembali berteriak.

Pukulan Hassan semakin gencar menghujani kera raksasa tersebut yang akhirnya berlutut.  Tak dipedulikannya teriakan Gene dan raungan kemarahan makhluk berbulu emas tersebut.

Satu pukulan lagi!

Dengan kekuatan penuh, Hassan kini mengkonsentrasikan pukulannya ke satu titik : tangan kiri sang kera raksasa yang masih menggenggam tangan Gene.

Makhluk tersebut masih berlutut.  Di hadapannya, puluhan sosok Hassan menuju ke arahnya - mengincar tangan kirinya!

Ia menggeram.

(Bersambung)

Serial X-Gene :


Cast :


  1. Dr. Gene Valenzuela (Robert Carlyle)
  2. Hassan Leynard Davidson (Omar Barkan Al Gala)
  3. Cassie Graham (Jennifer Lawrence)
  4. Jordan McGee (Taye Diggs)


Sumber gambar : kolase dari berbagai sumber
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun