“Kalian jadian, apa Angga sudah tau siapa kamu sebenarnya?”
Nay kembali menghembuskan nafas. Melalui pantulan jendela kereta, Novan melihat gadis itu menggelengkan kepalanya.
“Kenapa?” tanya Novan.
Nay tak menjawab.
Novan menghela nafas.
“Aku bersahabat dengan Angga dari kecil, aku tau beberapa sifatnya.”
Pemuda tersebut menoleh dan memandang Nay yang masih mengarahkan pandangannya ke luar jendela.
“Nay, lebih baik kamu cerita hal yang sebenarnya ke Angga – secepatnya. Ini serius.”
Nay memandang Novan.
“Thanks, Van. Sepertinya habis pulang dari Jakarta nanti aku mau cerita ke dia.”
Novan tersenyum.