“Kangen sama Angga ya?” goda Novan.
Nay membelalakkan mata kemudian membuang pandangannya ke luar jendela.
“Atau… mungkin kamu sebenarnya berharap bukan aku yang ikut sama kamu, tapi Angga. Ya ‘kan?” lanjut Novan.
“Aku jadi nggak enak sama Angga,” keluh Nay.
“Aku juga sebenarnya nggak enak,” timpal Novan, “Apalagi setelah aku tau kalo kalian belum lama jadian.”
Sembari berkata begitu, Novan menawari Nay sepotong roti.
“Thanks,” Nay menolak dengan halus.
Novan melahap rotinya kemudian meneguk sebotol air mineral.
Di luar jendela kereta terhampar hijaunya persawahan dengan latar belakang gunung menjulang. Sebuah pemandangan klasik yang banyak diabadikan dalam hasil goresan tangan pelukis. Nay masih memandang ke luar jendela.
“Nay,” panggil Novan yang akhirnya ikut-ikutan melihat ke luar jendela.
“Hm?” acuh tak acuh Nay menjawab.