Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah seorang mahasiswa prodi Kedokteran Gigi yang saat ini berkuliah di salah satu universitas negeri di Bandung. Saya telah memasuki semester terakhir dari perkuliahan saya, namun pengalaman saat pilih kampus di awal tahun 2017 masih sangat terkenang dibenak ini.Â
Pilih kampus merupakan suatu fase yang menentukan masa depan saya selanjutnya. Fase yang menegangkan menurut saya pribadi. Kebingungan tentunya melanda pikiran ini. Membayangkan apakah saya bisa bertahan dalam duniah kuliah yang saya pilih atau malah saya akan menyesalinya. Suatu pengalaman dilema yang ingin saya bagikan kepada kalian.Â
Pagi itu adalah hari Sabtu. Saya bangun pukul 07.27 WIB dan bersiap untuk mencari informasi seputar kampus dengan pendidikan Kedokteran Umum terbaik di Indonesia. Ya, anda benar, saya adalah mantan pejuang FK, layaknya kebanyakan teman-teman FKG lainnya. Saat itu, saya sangat tertarik untuk mendaftarkan diri ke salah satu universitas swasta di Jakarta. Universitas ini memiliki ciri khas berupa jaket almamaternya yang berwarna oranye.Â
Kebetulan, universitas ini sedang mengeluarkan jalur pengujian melalui surat motivasi. Setiap sekolah mendapatkan kuota terbatas untuk siswa yang ingin mengikuti jalur ini. Dengan penuh semangat membara, saya bertekad untuk memenangkan jalur ini. Mekanismenya cukup mudah.Â
Setiap peserta cukup melampirkan fotocopy rapot dan menuliskan surat motivasi berisikan alasan berkeinginan berkuliah di kampus dan prodi tersebut, kemudian diserahkan kepada guru BP di sekolah masing-masing, untuk selanjutnya diserahkan ke pihak kampus yang bersangkutan.Â
Sebelum menulis surat motivasi itu, saya melakukan riset terlebih dahulu mengenai cara menulis surat motivasi yang baik dan benar. Hari itu saya habiskan seluruh untuk membuat surat motivasi yang terbaik versi diri ini. Di akhir hari, saya berhasil menciptakan surat motivasi yang terdiri atas dua halaman bolak balik.Â
Pada hari Senin, saya memberikan surat tersebut kepada guru BP. Dengan penuh harapan, saya menunggu email pemberitahuan dari pihak kampus. Satu minggu pun berlalu, dengan tidur yang tidak pernah tenang. Gelisah karena baru saja mengetahui bahwa surat motivasi yang baik, tidak dibuat dalam dua halaman bolak-balik. Harapan saya pun pupus ketika membaca email penolakan dari pihak kampus itu.Â
Walaupun sedih, saya tetap harus melanjutkan perjuangan saya. Bersedih tidak akan menyelesaikan masalah. Saya pun berencana untuk mengikuti tes tertulis untuk dapat diterima di FK universitas itu. Namun, mungkin kampus ini memang belum jodoh dengan saya. Saya tidak diterima melalui tes tertulis pula.Â
Alasan saya ingin masuk kedalam prodi Kedokteran Umum adalah, karena saya senang dengan pelajarannya, dan saya ingin memperdalam ilmu tersebut. Saya juga berharap dapat mengimplementasikan ilmu itu secara langsung untuk kebermanfaatan masyarakat luas.Â
Saya juga sempat membayangkan keseruan bercengkerama dengan para pasien ketika saya telah lulus nanti. Namun, sepertinya saya tidak bakat pada bidang itu. Saya pun mencoba mengikuti beberapa tes bakat di beberapa website. Hasilnya, saya sebenarnya cocok untuk bidang seni, sains dan komunikasi.Â
Melalui hasil tes bakat yang tidak saya ketahui kebenarannya tersebut, saya pun mencoba melihat peluang lain yang saya miliki. Dan, akhirnya saya menemukannya, yakni Kedokteran Gigi. Â Awalnya saya pikir hal ini tidak begitu berbeda dengan Kedokteran Umum. Toh, sama-sama dokter.Â