Pedagang cilok melintas dengan sepeda motor depan rumah itu sambil mengerincingkan bel dan berhenti tepat di sudut rumahnya di jalan itu.Â
Beberapa bocah dan tiga perempuan dewasa menghampiri  pedagang cilok..Â
Terdengar suara katrol dari sumur. Daun-daun cermelek gugur lagi tertiup sepoi angin. Dia menyeruput kopi sembari memadunya dengan tarikan asap rokok. Sungguh nikmat.
Di dahan mangga, ada dua burung pipit hinggap lalu terbang lagi. Â Kupu-kupu kuning terbang di dekat bunga-bunga mawar.Â
Seekor anjing belang  mendekati gerobak cilok. Salah satu dari tiga perempuan dewasa itu, sontak mengelus-elus pundak  anjing itu. Seseorang orang berteriak pada orang-orang yang mengelilingi gerobak itu.Â
Pedagang cilok pun bergerak menghilang bersama beberapa bocah. Tiga perempuan berjalan pulang, anjing tadi turut di belakang mereka.Â
Perempuan-perempuan itu mengucapkan selamat sore padanya. Sambil memegang segelas kopi, ia pun membalas sapa mereka.Â
Dia seruput lagi kopi. Â Sebatang rokok tadi selesai dia hisap.
Dia menatap cukup lama ke arah kursi kosong di sebelahnya di samping meja itu.
Terdengar suara ayam berkokok. Ada juga bunyi lonceng gereja sore hari. Dia pun bergegas, memakai sandal bertali biru  tadi dan pergi menuju parabola.Â
Di dekat parabola itu, tepatnya di sebelah pohon limau ada keran air. Dia memainkan keran air. Dia melangkah ke pohon delima, mengecek buah-buah delima yang sudah dibungkus plastik.