Kesituasionalan taman cerdas itu didukung oleh aktivitas intern dalam diri pelaku komunikasi. Anggapan bahwa taman cerdas sebagai ruang yang nyaman, membawa orang-orang datang.
Mahasiswa yang mengerjakan tugas tahu bahwa mereka akan lebih fokus juga mengerjakan di taman cerdas karena lokasinya yang bersih dan nyaman. Sepasang suami istri membawa anak-anak mereka datang ke taman cerdas, karena fasilitas ada untuk bermain anak.
Seorang lelaki menjadikan taman cerdas sebagai tempat untuk bertemu dengan pacar atau calon pacar karena dia tahu, letak taman itu dekat dari tempat tinggalnya dan nyaman. Juga dengan wanita yang menikmati waktu menyendiri di bangku taman cerdas
Taman cerdas didominasi oleh komunikasi interpersonal. Ada komunikasi kelompok sebagai aktivitas rutin, yakni sekolah PAUD yang memanfaatkan aula taman cerdas.
Akan tetapi menurut pengamatan penulis, para pengunjung seringkali adalah keluarga kecil, yakni ayah ibu dan anak-anak, pasangan muda-mudi.
Entah dalam konteks percintaan atau mengerjakan tugas, atau seseorang penyendiri yang berada di taman juga menjadi bagian dari aktivitas komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal atau trasenden “merenung”.
Letaknya yang berada di sekitar kawasan pemukiman penduduk, membuat taman cerdas tak pernah sepih.
Ada komunikasi antara penjual dan pembeli, dan komunikasi basa-basi antara juru parkir dan pemilik kendaraan, ada satpam yang menegur ketika pengunjung dewasa mengakses fasilitas khusus untuk anak-anak.
Komunikasi mendalam antara muda-mudi, aktivitas mengerjakan tugas tugas yang serius sambil sesekali meminum es teh kampul yang dibeli di pedagang depan taman.
Janjian untuk bertemu atau memulai percakapan dan berkenalan dengan orang baru, seorang anak didampingi ibunya datang dan menyampaikan keinginan untuk bergabung dalam latihan menari.
Orang hanya sekadar singgah untuk berdoa di mushola, merupakan bagian dari pengamatan penulis. Panggung pementasan yang di taman cerdas seringkali digunakan untuk festival yang berskala sederhana namun menarik.