"Bukannya kamu baik-baik saja sekarang, apa yang harus kamu keluhkan Dona! Dona... dona.. hari-hari mu selalu diwarnai dengan berbagai keluhan. Kapan hidupmu bisa tenang sih don? Coba lah cari pacar, pendamping hidup, biar pikiranmu teratur. Lama-lama jadi perawan tua kamu!" Jawab Sinta sambil mengajaknya makan siang.
"Aku serius Sinta. Aku tadi hampir jatuh!"
"Hampir kan? Bukan berarti jatuh. Lihat pakaian mu, masih rapih begini. Dan tau enggak? Kamu masih terlihat cantik sekali!"
"Ah.. bisa saja kamu. Eh.. untung ada yang nolong aku tadi. Tubuhnya kekar! Bau badannya maskulin banget. Aku enggak akan lupa bau itu!"
"Bau apa sih? Aroma asmara ya... hahahaha. Udah ah, cepetan cari meja. Bakalan penuh foodcourt ini. Nanti dilanjut ceritanya.
***
Waktu sudah menujukan pukul 07.30, seharusnya Dona sudah siap untuk dijemput. Namun entah mengapa, perempuan kelahiran 82 ini masih saja melamun. Rupanya sejak semalam pikirannya  masih dihantui sosok lelaki misterius itu. Aroma bandannya serasa masih tercium olehnya.
"Oh my gosh ... lama-lama aku jadi enggak waras!" Bergegaslah ia berlari ke depan.
"Sialan, pasti kelewatan lagi. Busway lagi... busway lagi. Ya ampun, udah jam 8 ?? " Segera saja ia menuju halte busway terdekat.
Selama perjalanan, Dona tidak lagi menghiraukan keberadaannya di tengah himpitan penumpang lain. Perempuan yang sukanya mengerutu ini, berubah menjadi pendiam seketika. Pikiranya masih tertuju pada lelaki misterius itu.
Bagi Dona, kejadian kemarin dapat berakibat fatal bagi dirinya. Oleh karena itu ia ingin sekali lagi bertemu lelaki itu. Entah untuk berterima kasih atau ingin mengenal lebih dekat, yang pasti pikiran Dona tertuju padanya