Mohon tunggu...
Ryan Budiman
Ryan Budiman Mohon Tunggu... Freelancer - Sedang Menulis

Berbagi, sambil menata kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Sudut Jalan Itu, Mohammed Hattastraat

11 September 2012   05:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:38 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

September 1921, seorang pemuda 19 tahun berjalan di jalanan Rotterdam. Ia mahasiswa baru di Rotterdamse Handelshogeschool, sebuah sekolah ekonomi bergengsi. Ia menuntut ilmu,  pergi sejauh 8.000 mil dari kampung halaman, Bukittinggi.

September 1921, sebagai pemuda dari negeri jajahan, Ia membeli buku pelajaran dengan menyicil pada sebuah toko buku tua, De Westerboekhandel. "Dengan De Westerboekhandel aku adakan perjanjian bahwa buku-buku itu kuangsur pembayarannya tiap bulan f 10", ia tulis dalam memoirnya.

September 1921, Ia bukan orang Belanda, bukan pula Indo-Belanda. Ia seorang Hindia Belanda. Kelak pemuda ini tak hanya jago di bidang ekonomi, tapi juga politik; nasionalisme, pergerakan, kemerdekaan.

***

Mohammad Hatta, tiba di Belanda pada 5 September 1921. Menumpang kapal Tambora milik Rotterdamse Lloyd, ia mengarungi lautan dan berlabuh di Nieuwe Waterweg, sebuah pelabuhan Rotterdam.

Di Rotterdam, ia tinggal sementara di asrama khusus bagi mahasiswa Hindia Belanda, Tehuis van Indische Studenten. Sebuah asrama murah dengan sewa per hari plus tiga kali makan sebesar f 3.

Tak lama ia tinggal di asrama. Selayaknya anak kosan pada umumnya, ia berpindah dari satu tempat ke lain tempat.

Sebagai pelajar Hindia Belanda, ia tak sendiri. Ia kerap berkumpul, berdiskusi dengan sesama pelajar asal Hindia Belanda di Bilderdijkjstraat 1: Nazir Pamuntjak, Dahlan Abdullah, Ahmad Soebardjo, Hermen Kartasasmita, Darmawan Mangunkusumo, serta aktivis pergerakan lain.

Di Jalan Bilderdikjstraat 1, Leiden, pertemuan-pertemuan kecil sering dihelat. Dari sinilah Indische Vereeniging lahir. Indische Vereeniging lalu berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging, kemudian berganti nama Perhimpunan Indonesia.

Ia menjadi ketua Perhimpunan Indonesia.

Sejak di Belanda, Ia berjuang demi Indonesia Merdeka. Ia ditangkap, dibui,dan diadili. Namun tekad tak surut dan bara semangat tak padam. "Indonesia Merdeka", pembelaannya di pengadilan Belanda, mengokohkan ia menjadi tokoh teras pergerakan. Ia bebas di Belanda. Pulang, berjuang, demi Indonesia merdeka.

***

Menumpang kapal Jerman Saarbrucken, ia meninggalkan Belanda pada 20 juli 1932.

Ini bukan perjalanan terakhirnya ke Belanda.

November 1949, ia kembali ke Belanda, kali ini bukan sebagai pemuda Hindia Belanda, tapi Perdana Menteri Indonesia. Di Belanda, ia "mengambil" pengakuan kedaulatan.

***

Hatta abadi dalam Indonesia Merdeka.

Hatta tak hilang di Belanda, di sudut jalan itu  Mohammed Hattastraat.

Bahan Bacaan:
"Kisah yang Tertinggal di Sudut Rotterdam" dalam Seri Buku Tempo. Hatta: Jejak yang Melampaui Zaman. Jakarta: KPG, 2010.

di-posting juga di ryakair.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun