Ketika memutuskan untuk keluar dari hubungan tersebut, seringkali saya berpikir untuk kembali karena kepercayaan diri saya saat itu sangat rendah, karena perlakuan dan sugestinya yang membuatku merasa tidak akan ada orang yang menginginkanku sebagai pasangannya lagi yang disebutkannya berulang kali.
Perempuan yang memutuskan untuk bertahan dalam hubungan seperti ini juga karena merasa tidak perlu khawatir akan mendapatkan teror ketika ia meninggalkan pasangannya. Dengan kehadiran pasangannya ia memiliki tempat untuk bergantung dan merasakan adanya cinta serta harapan bahwa kekerasan tersebut dapat berakhir (Herbert, dkk, 1991 dalam Duley, 2012).
Gashlighting yang dilakukan olehnya juga menyebabkan terciptanya ikatan yang kuat antara saya dengannya karena saya sering kali berakhir menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab kekerasan dan mengamini perlakuannya.Bahkan semakin sering hal ini terjadi semakin kuat rasa cinta saya kepadanya.
Keputusan untuk pergi saat itu adalah keputusan yang sangat berat yang saya lakukan karena tidak ada yang mengetahui dampak secara detail yang saya alami selama hal ini terjadi, mulai dari keraguan atas diri sendiri, fokus saya mulai terbagi dari ingin mengembangkan diri menjadi menyalahkan diri sendiri. Untuk meyakinkan diri sendiri, saya pun melakukan assessment atas apa yang sedang saya alami, termasuk kerugian apa yang saya alami jika pergi? Dan akhirnya saya menemukan kesimpulan “setidaknya saya masih bisa hidup kalaupun pergi dari hubungan ini”.
Kesimpulan ini saya ambil atas dasar pertimbangan bahwa secara finansial saya tidak bergantung dengannya, saya bisa dan terbiasa melakukan banyak hal sendiri, ada pekerjaan yang saya miliki yang potensial untuk ditekuni dengan kemampuan yang saya miliki, meski akan merasa kehilangan tetapi saya masih akan tetap bisa melanjutkan hidup.
Selain meminta dukungan dari teman-teman yang berpikiran sehat untuk tetap melangkah kuat dari hubungan ini, saya juga melakukan konseling ke psikolog yang membantu pengobatan trauma masa kecilku. Setiap kali saya akan mencoba menghubungi atau kembali ke orang tersebut, teman-teman saya akan mengingatkan dan berperan sebagai alarm bahwa saya akan baik-baik saja, ini hanya masalah waktu.
Psikolog juga mengapresiasi keputusan saya untuk pergi karena itu hal yang sangat sulit karena secara emosional hidup saya sudah terperangkap bersamanya.Terutama, psikolog mengapresiasi tiap aksi pembelaan diri yang saya lakukan didepan laki-laki tersebut tiap kali kepercayaan diri saya diserang dan direndahkan. Dikuatkan juga bahwa orang tersebut mungkin dulunya adalah korban hal yang sama dan menjadi pelaku saat ini. Saya harus segera pulih, kembali ke kehidupan awal saya dan tidak menjadi pelaku ke orang lain.
Selepas dari hubungan ini, saya merasa sangat lega dan merasakan banyak dampak positif. Dari yang awalnya suka insecure, saya semakin percaya diri dan mengasihi diri, beda dengan sebelumnya yang sering sekali mengasihani diri sendiri dan takut akan banyak hal. Langkah saya semakin kuat dan semakin menekuni banyak hal yang menguatkan diri saya sendiri. Semoga teman-teman lainnya juga bisa memutuskan untuk pergi dari hubungan toxic seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H