Kampanye pilpres 2024 merupakan praktik kampanye yang tidak berbeda dari praktik-praktik kampanya sebelumnya, membosankan lagi memuakkan untuk dilihat.
Sejumlah praktik kampanye yang penuh gimmick dan riuh intrik seolah-olah dinormalisasi, bahkan dikonfirmasi oleh sikap para pemilih muda sebagai suatu taktik kampanye yang jitu. Para pemilih muda bukannya bersikap kritis terhadap praktik kampanye yang demikian, justru mereka terbius dan terlena dengan kosa kata "gemoy", "sat-set", "slepet", dan lain sebagainya.
Para pemilih muda betul-betul tidak memiliki sikap kitisisme dan hanya termakan oleh gimmick politik yang dinarasikan. Besarnya gimmick politik para peserta pemilu menjadi sesuatu yang sempurna dengan butanya pemilih muda terhadap politik argumentatif, sehingga pemilih madu masuk dalam suatu pragmatisme dalam politik.
Di tengah buruknya kualitas kampanye para peserta pilpres 2024 dan pudarnya sikap kitis para pemilih muda, Anies Baswedan hadir memberikan secerca harapan tentang politik berkualitas yang penuh dengan gagasan. Melalui programnya, yakni Desak Anies, Anies Baswedan benar-benar berusaha mempertontonkan kampanye pemilu berkualitas yang penuh dengan gagasan.
Program Anies ini tidak hanya diikuti para intelektual muda, melainkan juga masyarakat di bawah akar rumput, seperti petani, nelayan, guru, dsb. Lewat pogram ini Anies berusaha menyerap aspirasi dari titik terbawah yang selama ini menjadi marjinal guna nanti isu itu diperbincangkan di forum nasional.
Anies telah memberikan contoh pada para pesaingnya bahwa kampanye bukan sekedar perolehan suara, akan tetapi juga pendidikan politik terhadap anak bangsa.Â
Pendidikan politik jauh lebih mahal harganya daripada kampanye gimmick dan sejumlah kompensasi uang atau sekadar kampanye bagi-bagi susu. Pendidikan politik akan membuat para pemilih dihidupkan kembali nalarnya untuk bersikap kritis terhadap tindak-tanduk penguasa yang semakin sewenang-wenang hari ini.
Sikap pesimistik yang tadinya melekat dalam pikiran seolah-olah diberi udara segar lewat program Desak Anies yang meupakan cara kampanye yang elegan.
Dengan demikian, peluang untuk beradu gagasan semakin terbuka, kendati baru dimulai oleh satu peserta. Harapannya, peserta yang lain dapat mengikuti cara kampanye yang demikian, untuk Indonesia yang lebih baik ke depan.
Dalam pertarungan politik, pastilah ada kalah dan menang. Terlebih, politik bukan hanya sekadar nyala api idealisme, melainkan juga suatu pagmatisme yang membutuhkan suara orang banyak.
Mungkin cara kampanye Anies Baswedan hanya dilirik oleh beberapa pemilih muda yang masih memiliki nalar kritis dalam menjaga demokrasi Indonesia. Sangat mungkin juga Anies Baswedan tidak akan memenangkan konstestasi atau bahkan terlempar jauh dari dalam perolehan suara oleh para pesaingnya.