Tangan kekar dan kerasÂ
Bak tangan besi memerintah dengan sadisnya
Telah membesarkanku tak jelas
Penakut namun hati berontak
Pikirku aku  di tempat aman
Ya, kadang.
Aman saat yang empunya tangan kekar tak ada di jangkau pandang
Saat ibu bisa tertawa dan bersenda gurau
Saat matanya mengguratkan sukacita
Dan semua akan berubah
Saat ia yang berkuasa pulang
Melontarkan kata sesuka hati
Tanpa sadar dia mengumpat
Seolah manusia di hadapannya tak punya arti
Kini aku di latar yang beda
Jauh dari jangkauannya
Tak lagi ku dengar dan tak mau ku dengar
Namun ibu masih disana
Usia tua dan ingin disayang
Tapi masih terluka dan aku tidak berbuat apa-apa
Sang penguasa tak merasa salah
Apalagi untuk mengalah
Masih dengan dirinya seperti dulu
Katanya dia akan tetap begitu
Sampai nanti di ujung hidup
Barulah ia berubah
Dan aku semakin kecewa mendengarnya
Kesal dan kecewa aku
Padahal doa selalu terucap untuknya
Agar sang penguasa beralih jalan
Siapakah aku ini, sehingga aku bisa mengubahnya?
Aku hanya manusia pengecut
Menghakimi dalam hati
Namun mencintai disaat yang sama
Berharap hanya akan menambah kecewa
Maka aku berhenti mengharapkannya
Biarlah hanya aku dan ibu dalam ikatan ini
Tak berbapa tak apa
Yang penting ibu selalu bahagia
Ku ganti doaku setelah belasan tahun
Hanya nama ibu yg ku sebut
Semoga ibu sehat selalu
Agar kita bisa bertemu lagi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI