Mohon tunggu...
Rusti Lisnawati
Rusti Lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia yang senang dengan sesuatu yang berbau fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Kabar

21 November 2024   00:10 Diperbarui: 21 November 2024   00:27 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai kesepakatan, orang yang sudah bercerita boleh mengambil donat. Tapi Rese melakukan pelanggaran, dia mengambil dua doant sekaligus. Untuk yang kepertamaan, alibinya. Dan yang paling rese adalah ketika dia menunjuk saya jadi pencerita yang kedua.

Menyebalkan sekali. Mau tak mau saya harus melakukannya karena tidak ada alasan yang bisa diterima.

Saya bercerita tentang kematian yang termuat di surat kabar. Bukan kematian seseorang dari kalangan biasa, dia pemilik saham terbesar di kota kami. Ini mengejutkan mereka yang mendengarkan saya berbicara. Mereka jelas tahu siapa ini dan beranggapan bahwa ini adalah berita penting. Tapi menurut saya ini tidak penting. 

"Hanya berita kematian yang kebetulan dimuat dalam surat kabar."

Tapi Rese dan Tara sepakat kalau ini penting, "berita ini jelas penting. Kita bisa tahu siapa nanti yang akan melanjutkanya."

Akan menjadi penting apabila yang membaca adalah seseorang yang mempunyai saham atau memiliki kepentingan dalam perusahaan tersebut. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak memiliki kepentingan sama sekali, berita ini sama saja dengan berita yang lain. Atau bisa jadi tidak penting sama sekali.

"Ini jelas menarik. Sangat menarik," imbuh Aden sambil mencomot donat. Saya memandangnya dengan tatapan tidak mengerti tapi tidak menampik kalau saya setuju dengannya. Ini menarik. 

Aden tidak segera memberikan tanggapan lainnya, dia justru mengambilkan saya sepotong donat dengan taburan gula bubuk. Lalu katanya,

"Hei, dengar ini kawan. Kemarin saya habis mendapat kabar dari orang rumah bahwa tetangga saya meninggal. Sudah berjalan empat hari, dan kabar kematiannya tidak dimuat surat kabar. Hanya disebarkan melalui toa masjid dan tidak banyak orang memperhatikan kematiannya. Hanya sanak saudara yang peduli dengan kabar tersebut.

 Ini jelas menarik. Antara kematian orang kelas atas dengan orang kelas bawah, mayoritas orang cenderung peduli pada mereka yang berasal dari kalangan atas. Tidak peduli kejahatan apa yang pernah diperbuatnya, hanya kebaikannya yang akan diingat terus."

Aden menutupnya dengan tangan kanan yang lagi-lagi mencomot donat. "Hei, sudahi aksimu kawan! itu donat untuk kami semua," seru Tara yang mulai kesal karena ia belum merasakan donat itu. Sementara Aden dengan santainya memakan donat itu dalam satu suapan. Aksinya sangat memancing keributan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun