"Iya, aku di sini," jawabnya dengan polos.
"Gemas sekali kamu ini. Saking gemasnya aku jadi kepengen nyubit usus besar kamu tau!" Laki-laki itu memungut kertas yang jatuh. Membersihkannya dari pelukan debu lantai.
Dengan gaya khasnya, Aster duduk di kursi tempat laki-laki tersebut. "Boleh, siapa tahu dengan begitu kotoran aku bisa keluar. Sudah tiga hari aku tidak buang hajat."
"Ck, anak ini," gerutunya. Ia memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Aster. Kemeja lengan panjang berwarna hitam, celana bahan dengan warna senada, sepatu--- warna hitam juga. Kemudian ia melirik layar monitor. Melihat hari apakah ini. Hari Senin. Jadwalnya Aster kuliah, tetapi perempuan itu mengenakan pakaian duka.
"Kamu lagi berkabung?"
Ditanya seperti itu, dengan pertanyaan aneh, ketika kamu sedang berselancar di internet, apa yang kamu rasakan selain bingung.
Bingung mau jawab apa.
Bingung, kenapa dikasih pertanyaan seperti itu.
"Enggak, aku lagi capek," tukasnya.
Seketika, Aster tersadar ketika ia mendapati langit biru kehitam-hitaman disertai beduk Magrib yang menandakan waktu sudah beralih. Matahari sudah sampai di peraduan, sementara Aster masih di sini. Di bawah naungan foto copy.
"Astaga! Aku telat pulang!" Ia tergesa-gesa mengambil sepatu di samping pintu masuk. Mengabaikan tatapan tanya dari laki-laki yang menjadi penyebab ia lupa pulang.