Mohon tunggu...
Rusti Dian
Rusti Dian Mohon Tunggu... Freelancer - Currently work as a journalist and writer

Banyak bicara tentang isu perempuan. Suka menonton film, jalan-jalan, dan menuangkan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bijak Memilih Informasi Tentang Merapi

14 Januari 2021   14:15 Diperbarui: 14 Januari 2021   14:35 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Daftar Trending Topic Twitter pada 10 April 2020/Sumber: Tangkapan Layar Pribadi)

Sebagai sebuah negara yang terletak di daerah ring of fire, secara tidak langsung Indonesia dituntut untuk selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam, khususnya gunung meletus. Terlebih ada 127 gunung api yang masih aktif di Indonesia sepanjang 7 ribu kilometer jalur magmatic rawan bencana (CNNIndonesia, 2019). Salah satu gunung berapi di Indonesia yang belakangan waktu ini sedang menunjukkan aktivitasnya adalah Gunung Merapi.

Gunung Merapi terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung yang memiliki ketinggian 2.930 mdpl ini belakangan sering menunjukkan aktivitasnya. Menurut data yang disajikan oleh Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 00.00-24.00 WIB, tingkat aktivitas merapi berada pada level Siaga III. Status tersebut masih sama sejak 5 November 2020.

Walaupun dengan status Siaga III, penduduk di sekitar Merapi yang diklaim akan terdampak langsung dan memiliki resiko tertinggi jika Gunung Merapi meletus sudah mulai diungsikan. Terutama bagi kaum prioritas seperti lansia, ibu hamil, dan disabilitas. Hal tersebut dilakukan guna memudahkan evakuasi jika Merapi meletus sewaktu-waktu. Mengingat bahwa pada letusan sebelumnya (tahun 2010), Merapi cukup banyak menelan banyak korban.

Di situasi seperti itu, banyak orang cenderung akan mengakses informasi terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut memang sangat rentan untuk disusupi informasi hoax dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Jika kita tidak dibekali dengan literasi informasi yang baik, maka kita akan dengan mudah termakan hoax tersebut.

Apa itu Hoax?

Sebelum memahami lebih lanjut mengenai hoax dalam informasi kebencanaan, alangkah lebih baik jika kita memahami terlebih dulu tentang arti hoax itu sendiri. Menurut Vidiadari (2020, h. 71), informasi hoax merupakan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini, informasi hoax juga dapat dikatakan sebagai informasi bohong yang menyesatkan. Ironisnya, informasi ini justru banyak beredar di media sosial maupun pesan berantai dengan pergerakan yang cepat.

Informasi hoax dapat dikemas dalam berbagai bentuk mulai dari isu kesehatan, politik, ekonomi, bahkan kebencanaan sekalipun. Biasanya, informasi hoax akan muncul menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi atau banyak dibahas oleh publik. Jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2020, maka hoax akan banyak muncul adalah tentang Covid-19, Pilkada, dan bencana alam, khususnya pada Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Contoh Hoax Merapi

Sejak status Gunung Merapi dinaikkan menjadi Siaga III, banyak hoax beredar terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi, baik lewat media sosial maupun WhatsApp Group. Beberapa hoax diantaranya adalah beredarnya foto peta Gunung Merapi yang diperluas menjadi 10km, video letusan Gunung Merapi, dan masih banyak lagi.

Dilansir dari Detik.com (2020, 20 November), BPPTKG mengonfirmasi bahwa foto peta Gunung Merapi yang menunjukkan bahwa radius bahaya diperluas menjadi 10 kilometer adalah hoax. Foto tersebut beredar melalui pesan berantai. Hanik Humaida, Kepala BPPTKG menjelaskan bahwa pada hari itu, radius bahaya Gunung Merapi masih dalam radius 5 kilometer dari puncak. Bahkan, Hanik juga menambahkan bahwa foto yang beredar tersebut adalah kondisi Gunung Merapi pada tahun 2010.

Contoh hoax lain adalah beredarnya video letusan Gunung Merapi pada hari Jumat, 27 Maret 2020. Video tersebut memperlihatkan awan yang membumbung tinggi ke langit. BPPTKG pun mengonfirmasi kembali bahwa video tersebut adalah hoax. Pasalnya, video yang beredar adalah erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara tahun 2018. Dilansir dari PikiranRakyat.com (2020, 28 Maret) bahwa pada saat hoax beredar, BPPTKG masih menetapkan status waspada atau level II pada Gunung Merapi.

Dari dua contoh hoax di atas, rupanya masih banyak masyarakat yang percaya begitu saja dengan informasi yang beredar tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Hal tersebut dapat dilihat lewat pantauan website Get Day Trends. Di sana, kita bisa melihat trending topic di media sosial Twitter, baik dalam bentuk kata kunci maupun tagar. Tepat pada tanggal 10 April 2020, Merapi menduduki peringkat trending ketiga setelah "Krakatau" dan "kedengeran". Kata trending selanjutnya adalah "erupsi", "BMKG", "PVMBG", "kenceng", dan "ring of fire". Tentu kata-kata tersebut ada kaitannya dengan aktivitas gunung berapi yang ada di Indonesia.

Cara Menangkal Hoax

Sebagai generasi muda yang lebih melek terhadap teknologi informasi dan komunikasi, sudah seharusnya kita ikut berkontribusi dalam menangkal informasi hoax tersebut. Pentingnya melakukan verifikasi ketika mendapat sebuah informasi menjadi kunci utama. Jangan mudah percaya terhadap informasi yang berasal dari satu sumber saja. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menangkal informasi hoax tersebut. Dikutip dari laman Kominfo, berikut cara yang dapat kita lakukan:

1. Waspada dan berhati-hati dengan judul yang bersifat provokatif

Jika kita menemukan berita atau informasi dengan judul yang bombastis, sensasional, clickbait, atau provokatif, kita perlu untuk mencurigainya. Pasalnya, judul dapat menjadi salah satu cara media untuk menggiring opini pembaca. Terkadang antara judul dan isi berita pun tidak sesuai sehingga memunculkan disinformasi. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk berhati-hati ketika mengakses sebuah berita atau informasi. Jangan hanya membaca lewat judul saja, melainkan baca juga isinya.

2. Cermati lebih dulu alamat situs yang sedang diakses

Jika menemukan berita tertentu dari situs yang tidak jelas alamat URL-nya, jangan langsung percaya. Kita juga perlu melakukan verifikasi, apakah media yang membuat berita tersebut sudah tercatat dan terverifikasi oleh Dewan Pers atau belum. Dikutip dari laman Kominfo (2017), Dewan Pers mengatakan bahwa setidaknya ada 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita di Indonesia. Padahal, jumlah situs resmi yang sudah terverifikasi tak sampai 300.

3. Cek fakta yang sebenarnya

Cek fakta dapat dilakukan dengan cara membaca lebih dari satu sumber berita. Mengingat bahwa fakta merupakan peristiwa yang nyata adanya, terbukti, dan ada kesaksian. Terkadang informasi yang beredar tidak berupa fakta, melainkan opini yang sudah bercampur dengan ideologi, pendapat, dan kesan dari penulis sehingga bersifat subyektif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya membaca satu referensi saja. Lakukan verifikasi data dan informasi dengan media, jurnal, maupun instansi yang bersangkutan.

4. Cek keaslian foto

Bukan tidak mungkin jika foto pun dapat direkayasa. Adanya aplikasi untuk mengedit sebuah foto dapat mengaburkan kebenaran sebuah peristiwa. Terlebih foto atau video masih dianggap sebagai bukti pendukung sebuah tulisan. Perlu bagi kita untuk mengecek keaslian foto dengan cara menggunakan mesin pencari Google. Cukup dengan melakukan drag and drop foto ke kolom pencarian Google Images.

5. Ikut aktif dalam diskusi atau berkontribusi dalam kampanye anti hoax

Kita juga bisa ikut aktif dalam diskusi anti hoax dengan komunitas yang memang concern dalam membasmi hoax seperti MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Selain itu, kita juga bisa ikut mengampanyekan tagar seperti "#SaringSebelumSharing" dan "#StopDiKamu". Kampanye tersebut cukup berpengaruh dalam menekan informasi hoax yang banyak beredar di media sosial.

Guna membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Merapi, beberapa media yang sudah terverifikasi dapat dimanfaatkan. Kita bisa mengakses informasi lewat akun resmi BPPTKG, baik itu Youtube, Twitter, Instagram, dan CCTV resmi milik BPPTKG. Dilansir dari Tirto.id (2020, 15 Desember), data pengamatan yang sudah diolah oleh BPPTKG biasanya akan dilaporkan setiap pukul 00.00,06.00, 12.00, dan 18.00. Laporan data tersebut juga bisa diakses melalui https://magma.esdm.go.id atau aplikasi MAGMA Indonesia yang bisa di-download lewat playstore.

(Contoh Sajian Data BPPTKG/Sumber: twitter.com/BPPTKG)
(Contoh Sajian Data BPPTKG/Sumber: twitter.com/BPPTKG)

Selain melaporkan tentang situasi aktivitas Gunung Merapi, BPPTKG juga sering melakukan verifikasi terhadap hoax yang beredar di media sosial. Beberapa kali, BPPTKG kedapatan berkontribusi dalam trending topic yang menggunakan kata-kata "Merapi". Di sana, BPPTKG juga melakukan konfirmasi tentang keadaan Merapi yang sebenarnya. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui fakta yang sebenarnya dari institusi terpercaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun