Mohon tunggu...
Rusti Dian
Rusti Dian Mohon Tunggu... Freelancer - Currently work as a journalist and writer

Banyak bicara tentang isu perempuan. Suka menonton film, jalan-jalan, dan menuangkan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Benarkah Menikah Adalah Solusi Semua Masalah? Cek Jawabannya di "Love For Sale 2"!

20 Oktober 2020   08:00 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:25 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Youtube channel CGV Kreasi)

"Bagaimana kamu ini, disusul terus sama sepupu-sepupu yang lain. Jangan sok kebarat-baratan terus", sebuah kalimat yang diucapkan oleh seorang ibu pada anak laki-lakinya. Kalimat yang paling dihindari oleh anak muda yang sedang menikmati masa-masa menggapai kariernya lebih tinggi lagi.

Love For Sale 2 (2019), merupakan film yang disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf. Film tersebut menceritakan kehidupan Ican (Adipati Dolken), seorang playboy yang sering dijuluki "bujang lapuk" karena hingga umur 32 tahun, ia belum menikah. Padahal, adiknya, Buncun (Bastian Steel) sudah menikah mendahului Ican.

Kira-kira apa saja sih sisi lain yang bisa dibedah dari film Love For Sale 2 itu? Langsung cek saja tulisan di bawah ini!

Dampak Film Love For Sale 2 bagi Masyarakat

Untuk mengatasi permasalahan Ican yang selalu dihantui oleh kalimat "kapan menikah?" oleh ibunya. Ican pun mengambil jalan keluar untuk men-download aplikasi kencan (dating apps) bernama Love.inc. Dengan menyebutkan kriteria perempuan yang diinginkannya, Ican pun berhasil dipertemukan dengan Arini.

Dari situ, maka tren untuk menggunakan aplikasi kencan pun semakin meningkat. Entah hanya untuk teman chatting saja, iseng, atau memang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Ican yang awalnya memberi kontrak pada Arini selama 45 hari, akhirnya pun menjadi jatuh cinta dan ingin menikah dengan Arini. Sayangnya, Arini justru meninggalkan Ican dan Rosmaida setelah kontraknya selesai.

(Sumber: tirto.id)
(Sumber: tirto.id)

Selain meningkatnya minat terhadap dating apps, dampak lain yang ditimbulkan dari film Love For Sale 2 ini adalah terungkapnya kehidupan setelah pernikahan. Banyak orang mengatakan bahwa pernikahan adalah solusi dari setiap masalah. Nyatanya, pernikahan justru awal dari semua masalah. Jika belum siap untuk menikah, lebih baik jangan tergesa-gesa. Apalagi jika alasannya karena malas mendapat tekanan dari lingkungan.

Ketidaksiapan pernikahan dapat dilihat dari cerita Buncun, adik Ican, yang mengalami keretakan dalam rumah tangganya. Buncun memilih untuk kembali ke rumah ibunya dan menghabiskan waktu di sana daripada menyelesaikan masalah rumah tangganya. Hal serupa juga dialami oleh Ndoy, kakak Ican. Rosmaida selalu memandang sebelah mata istri Ndoy. Dari situ, bisa dilihat bahwa pernikahan tidak seindah yang dibayangkan orang-orang pada umumnya.

Genre Film Love For Sale 2

Film Love For Sale 2 tergolong dalam genre drama romansa. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan ceritanya yang menggambarkan tentang perjalanan cinta seorang Ican. Walaupun ia belum memutuskan untuk menikah, namun Ican selalu bermain dan mencoba dekat dengan banyak perempuan. Selain itu, dapat dilihat juga dari kehidupan rumah tangga Ndoy dan Buncun yang memiliki pasang surutnya masing-masing, namun tetap berlandaskan rasa cinta.

Paradigma Kritis

Untuk melihat paradigma kritis yang terkandung dalam Love For Sale 2, perlu diingat bahwa paradigma kritis akan mengajak orang-orang untuk mencapai sebuah tujuan yaitu adanya kritik sosial. Dengan demikian, paradigma kritis juga akan menyorot dari sisi nilai, etika, sikap, dan perilaku individu atau kelompok yang bersangkutan.

Dari cuplikan film di atas, terlihat Ican yang akan pergi sambil menunjukkan wajahnya yang sangat pasrah dan sedikit murung, terlebih saat ibunya sedang memberi nasehat. Dilansir dari Fimela.com (2014, 22 Agustus), beberapa alasan mengapa anak harus menuruti nasehat orang tua diantaranya karena nasehat adalah salah satu bentuk kepedulian, perspektif yang obyektif. Selain itu, nasehat juga dianggap mampu menguatkan hubungan orang tua dan anak, serta mengurangi rasa penyesalan.

Namun, perbuatan Ican yang tidak menuruti nasehat orang tua memiliki alasannya tersendiri. Jika ditelisik lebih jauh, Ican merasa tidak suka ketika ibunya selalu meminta agar Ican cepat menikah. Ketika Ican menjawab apa yang dikatakan ibunya dan mencoba menjelaskan alasan kenapa dirinya belum mau menikah, justru Ican dianggap melawan dan dicap durhaka.

Di sini, orang tua dapat dengan mudahnya berkata "durhaka" pada anak yang berusaha menjawab pertanyaan atau menjelaskan sesuatu. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh adanya norma-norma yang ada dalam agama maupun budaya setempat bahwasanya melawan nasehat orang tua, artinya orang tersebut sudah durhaka terhadap orang tua.

Testimoni Penonton Love For Sale 2

"Suka banget, filmnya sangat human, sangat realistis,"tutur Dikta, salah satu penyanyi Indonesia saat memberikan testimoninya setelah menonton film Love For Sale 2 di Instagram.

Berbagai testimoni pun membanjiri akun Instagram @loveforsalefilm. Jumlah followers mencapai 13.300 menunjukkan bahwa banyak warganet yang tertarik dengan film tersebut. Jika dilihat dari highlight stories yang berjudul "Gala Premiere", banyak orang yang menyambut film Love For Sale 2 dengan sangat antusias.

Pasca tayang perdana di bioskop pada tanggal 31 Oktober 2019, di tanggal 4 November 2019, Love For Sale 2 sudah tembus 92.720 penonton dari seluruh bioskop di Indonesia. Jika dilihat dari mesin pencarian Google dengan keyword "review film Love For Sale 2", maka akan muncul sekitar lebih dari 30 lebih hasil review dari berbagai kalangan, baik media massa maupun blog pribadi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antusiasme masyarakat untuk menonton film Love For Sale 2 sangat tinggi. Ditambah pula dengan munculnya berita bahwa tiket sudah ludes terjual di hari pertama tayang di bioskop. Tak sedikit pula bioskop yang harus menambah teater demi melayani antusiasme para konsumen film tersebut.

Teori Budaya

Film Love For Sale 2 ini tidak terlepas dari beragam budaya yang ada di Indonesia. Banyak hal yang bisa dibahas dari sisi budaya seperti stereotipe, etnosentrisme, prasangka, dan rasisme. Lalu, apa saja budaya yang terangkum dalam film Love For Sale 2 tersebut?

1. Stereotipe "Bujang Lapuk"

Di umurnya yang ke-32 tahun, Ical sama sekali belum memiliki niatan untuk menikah. Oleh karena itu, Rosmaida menganggap bahwa Ical adalah bujang lapuk, artinya adalah lelaki yang belum menikah (padahal sudah melebihi usia ideal untuk menikah) dan dianggap tidak laku

Mengutip pernyataan Wita, seorang psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi dalam DetikHealth (2017, 15 Juni) bahwa bergabung ke sebuah komunitas atau aplikasi cari jodoh merupakan salah satu ikhtiar atau alternatif untuk mencari pasangan. Namun, alangkah lebih baik jika semakin banyak orang yang kita temui, maka akan mempermudah peluang bertemu calon yang tepat untuk dinikahi.

2. Minang dan Matrilineal

Dilansir dari Good News From Indonesia (2017, 13 Januari), Suku Minangkabau merupakan suku yang sangat mengistimewakan perempuan. Sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau ini menetapkan silsilah keturunan yang diambil dari garis keturunan ibu. Jika tidak ada keturunan perempuan, maka garis keturunan itu pun terputus.

Kendala tersebut dialami oleh keluarga Rosmaida. Ketiga anaknya laki-laki yaitu Ndoy, Ican, dan Buncun. Akibatnya, garis keturunan tersebut pun terputus. Bahkan, Rosmaida pernah berkata pada Arini bahwa sebenarnya Rosmaida ingin memiliki anak perempuan. Karena merasa ada kecocokan dengan Arini, maka Rosmaida pun memperlakukan Arini layaknya anak sendiri.

3. Maskulinitas dan Feminitas

Biar bagaimanapun, Ican tetaplah seorang laki-laki yang selalu ingin tampil maskulin. Hal ini dapat dilihat saat Ican sedang berolahraga push up tanpa menggunakan baju (bertelanjang dada). Ditambah lagi nasehat dari tetangganya agar Ican tidak terlalu sering minum kopi dan merokok, yang notabene banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.

Selain itu, sisi feminitas juga bisa dilihat dari sosok Arini. Ia selalu mau untuk diajak ke pasar bersama Rosmaida. Arini juga sering membantu untuk memasak. Bahkan, di beberapa kesempatan, Arini juga selalu menemani Rosmaida bercengkerama. Artinya, watak dasar seorang perempuan yang penyabar, ulet, dan rajin tergambar pada sosok Arini.

Daftar Pustaka:

Budi, Arifina. (2017). Minang, Masyarakat dengan Penganut Matrilineal Terbesar di Dunia. Diakses pada 19 Oktober 2020.

Fimela. (2014). 5 Alasan Untuk Lebih Mendengarkan Nasehat Orang Tua. Diakses pada 19 Oktober 2020.

Sulaeman, Suherni. (2017). Belum Menikah Juga, Tanda Nggak Laku? Diakses pada 19 Oktober 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun