Mohon tunggu...
Rusti Dian
Rusti Dian Mohon Tunggu... Freelancer - Currently work as a journalist and writer

Banyak bicara tentang isu perempuan. Suka menonton film, jalan-jalan, dan menuangkan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Harga Diri Sang Penari

14 Oktober 2020   18:00 Diperbarui: 14 Oktober 2020   17:59 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Srintil yang menangis di pangkuan Nyai Kartareja

Tak jarang pula perempuan mengalami tindak kekerasan di sana. Terlebih saat para tentara mengevakuasi warga yang tercatat menjadi bagian dari PKI di Dukuh Paruk. Tak segan-segan para tentara tersebut menarik, mendorong, dan mengintimidasi kaum perempuan. Seolah itu menjadi hal yang lumrah terjadi. 

Film "Sang Penari" ini berhasil mengungkap sejarah kelam betapa rendahnya perempuan, terlebih jika ia memilih untuk menjadi seorang penari. Alih-alih mendapat apresiasi karena mempertahankan kesenian, para perempuan tersebut justru selalu menjadi objek pemuas nafsu laki-laki, baik secara visual (hanya dipandang), hingga diajak untuk berhubungan badan. Padahal, gebrakan kaum perempuan untuk tak lagi menduduki kelas subordinat terus dilakukan. Perjuangan perempuan untuk mendobrak stigma negatif tidak akan pernah berhenti, sampai mereka benar-benar mendapatkan keadilan.

Daftar Pustaka:

Pudyadhita, Tiara. (2012). Representasi Perempuan Penari dalam Kesenian Rakyat Ronggeng (Studi Semiotika pada Film Sang Penari). Diakses pada 14 Oktober 2020, jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPKS/article/view/2530/1973

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun