Ini ungkapan dari anak penambang timah rakyat di pulau Bangka untuk ibu pemilik bertumpuk karya
Ibuku masih menyimpan karyamu terususun di rak buku tua
Ternyata ibu peduli dengan rakyat teraniaya
Kapan ibu menulis kami berada di pulau yang semakini renta
Kadang aku juga ikut menambang dengan pengayak kecil di sini disebut ngelimbang
Bersama ayah dulu penyuka buku pembaca karya ibu yang menantang
Kini kami jadi keluarga penambang
Ibuku juga menambang telah meninggalkan tanaman kembang
Setelah pembeli hasil tambang kami terjerat
Hasil tambang kami tidak bisa dijual hingga beras sulit didapat
Kapan ibu menulis kehidupan kami
Kami menambang hingga daerah aliran sungai menjadi mati
Hasil bumi pulau kami telah dikorupsi ratusan triliyun rupiah
Telah lama hasil tambang kami diseludup mereka yang menadah
Pasir timah dijual di negeri tetangga
Telah dikuasai para mafia
Sungai kami telah dirusak tidak ada lagi ikan
Kami telah kesulitan makan
Walau pun tidak separah rakyat Palestina
Bila pasir timah tidak terjual mungkin kami akan menjadi peminta-minta
Ratusan tahun pulau kami dicangkul
Dulu hasil tambang diangkut kuli pikul
Hingga saat ini diisap dasar laut telah mematahkan terumbu karang
Rumah ikan telah hilang
Pulau kami ditambang sejak zaman penjajah
Sekarang cukong kaya raya yang menjarah
Kami belum lelah
Tapi kami takut pulau kami terbelah
Doa kami ibu panjang umur
Bila sempat lihatlah kami sedang menambang di kubangan lumpur
Biar menjadi inspirasi
Agar ibu menulis keprihatinan tentang kami
Sungailiat, 10 April 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI