Ada yang menggelitik  di Hutan Kota. Keberadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berjubah-ubah nama. Nama itu berganti sesuai dengan jargon politik ketika pilkada. Berganti Bupati berganti pula nama.
Sebelumnya bernama Bermarabat hingga 2018. Sudah hampir lima tahun nama TBM berubah menjadi Setara sesuai dengan visi Bupati dan Wakil Bupati yang lagi memimpin.
Selayaknya nama TBM tidak berubah. Mengapa mesti mencampurkan urusan politik. Berilah nama yang bisa saja mengguna nama flora karena berada di Hutan Kota, nama pejuang kemerdekasn dan lain-lain.
Nama yang tidak berubah-ubah sehingga mudah mempromosikan, mudah diingat maka pengunjungpun bisa banyak. Tidak seperti saat ini sepi pengunjung.
Bila ditata lebih baik TBM ini bisa nenarik minat warga untuk pengunjung Hutan Kota.
Karena di sini terdapat taman bermainan anak bisa menarik minat anak membca di TBM. Bisa menjadi tempat strategis untuk mengembangkan minat baca anak.
Sementara itu jalan di depan Hutan kota yang berseberangan dengan masjid Agung telah dipercantik.
Trotoar jalan telah ditata menjadi tempat nongkrong warga sehingga semakin menambah ramai pengunjung.
Di sepanjang trotoar terdapat kursi tempat bersantai. Lokasinya di jalan A. Yani telah menjadi alternatif tempat nongkrong terutama anak muda.