Bermula informasi yang saya dapat dari media sosial bahwa akan dilaksanaan webinar yang mendiskusikan tentang penulis sejarah A.A Bakar.
Saya ingat dengan sosok A.A.Bakar yang pernah saya wawancarai 26 tahun lalu waktu masih menjadi reporter lepas mingguan yang diterbitkan Pemda Provinsi Sumatera Selatan yaitu Gelora Musi. Setelah wawancara itu 3 tahun kemudian penulis sejarah itu neninggal dunia.
Kliping tabloid Gelora Musi yang memuat hasil wawancara saya dengan A A Â Bakar masih tersimpan dengan baik. Termasuk kliping tulisan tentang meninggalnya A A Bakar yang saya tulis tersimpan rapi di rak buku di rumah.
Kliping terbitan November 1995 di rubrik Apa Siapa, dengan judul "Penulis Sejarah Tak Mengenal Menyerah." Wawancara saya lakukan di kediaman A.A Bakar di lingkungan Bukit Betung, Sungailiat pada hari Jumat, 3 November 1995.
Kliping terbitan minggu ke II Oktober 1998, berjudul "Penulis Sejarah itu Pergi Untuk Selamanya." Merupakan catatan kenangan saya untuk A.A. Bakar yang meninggal dunia, Jumat 17 September 1998. Dalam catatan ini saya awali dengan baris puisi.
"Awanpun mati ditahan kelamnya mendung titik air hujan membasahi kota membawamu mencium bumi."
Dua kliping itu masih dalam kondisi baik masih bisa dibaca dengan jelas tentang sosok A.A.Bakar, pria kelahiran Mentok, 15 Februari 1925 telah melahirkan beberapa buku diantaranya, Barin Amir Tikal (1960), Ilmu Bumi Bangka (1970), Bangka Selayang Pandang (1970-an) bersama satu panitia, Banglo dan Pahlawan Pak Udak (kumpulan cerita anak-anak) serta beberapa cerita pendek dan artikel yang terbit dibeberapa majalah dan surat kabar.
Selain itu sebuah buku yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1993 berjudul, "Kenangan Manis dari Nenumbing " Buku ini merupakan catatan kenangan A.A.Bakar saat Proklamotir RI Bung Karno diasingkan ke Bangka oleh pemerintah kolonial Belanda pada Agresi Belanda ke II tahun 1949.
Karena webinar membicarakan sosok A.A. Bakar saya putuskan untuk mengikuti webinar ini. Webinar yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Bangka Barat tersebut dengan tajuk diskusi sejarah, mengangkat tema, "mengenang sosok A A.Bakar, sosok perekam jejak sejarah Bangka."
Diskusi sejarah yang mengangkat tema tentang penulis sejarah A.A.Bakar telah menyegarkan ingatan saya bahwa saya pernah menggali tetang pengalaman dari sosok ini. Kliping tabloid Gelora Musi sebagai bukti bahwa saya dari sedikit jurnalis di daerah waktu itu yang mengangkat tentang sosok yang banyak mencatat terkait sejarah di Bangka. Â
Tidak banyak dokumen tentang sosok A.A. Bakar di masa hidupnya. Seperti diungkapkan pemandu diskusi Bambang Haryo Suseno bahwa dokumen yang ada diantaranya tabloid Gelora Musi.Â
Saya merasa apa yang saya tulis 26 tahun lalu bisa menjadi berarti karena akan menjadi refrensi dalam penulisan buku tentang A.A.Bakar yang akan dilakukan pihak Dinas Pariwisa dan Kebudayaan kabupaten Bangka Barat.
Tabloid Gelora Musi yang berisikan tentang A.A. Bakar yang saya tulis ditemukan Bambang sebagai penulis bakal  buku tetang A A Bakar tersimpan di rumah keluarga A.A. Bangka yang bertempat tinggal di Sungailiat, kabupaten Bangka. Ternyata almarhum A.A  Bakar membaca dan menyimpan apa yang saya tulis.
Kesempatan webinar itu saya diberikan berbicara. Saya ceritakan wawancara yang saya lakukan, serta saya juga tahu tentang keluarga A.A. Bakar yang bertempat tinggal di jalan Jendral Sudirman Sungailiat sebelum pindah ke Bukit Betung. Turut juga bebicara dalam webinar itu salah seorang dari cucu A.A. Bakar.
Saya sempat mengatakan kepada Bambang si pemandu diskusi sekaligus nara sumber, "jangan lupa bila terbit bukunya nanti kirimkan untuk saya."
Hobi mengkliping surat kabar yang saya lakukan sejak masih SMA terutama terkait dengan tulisan saya yang dimuat di koran menjadi sangat berharga setelah melalui waktu yang lama. Seperti halnya tulisan tentang penulis sejarah A.A. Bakar.
Waktu itu belum ada dokunentasi secara digital, klipinglah salah satu cara untuk mendokomentasikan surat kabar yang berisikan informasi dirasa penting. Mulanya surat kabar yang dikliping isinya biasa-biasa saja, setelah tersimpan dalam waktu yang lama menjadi catatan sejarah yang berharga.
Walaupun zaman telah berubah dengan arsip digital, namun kliping koran tetap saya kakukan karena suatu saat apa yang saya kliping akan ada manfaatnya. (Rustian Al'Ansori)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H