Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Majalah Dinding, Melatih Siswa Menulis Sambil Meninggalkan Gawai Sejenak

24 Juni 2020   05:59 Diperbarui: 24 Juni 2020   05:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Majalah dinding peserta lomba yang diselenggarakan perpusda Bangka (dokpri)

Majalah dinding produk jadul (jaman dulu), tidak musim lagi.

Pernyataan di atas diungkapkan beberapa siswa ketika guru mengajak kembali menghidupkan majalah dinding di sekolah. Karena perintah guru siswa tidak bisa menolak dan harus dilaksanakan.

Pembuatan majalah dinding sekolah sehubungan digelarnya lomba yang diselenggarakan Petpustakaan Umum Daearah (Perpusda) kabupaten Bangka beberapa waktu lalu. Saya masih melihat karya majalah dinding para siswa itu di Perpusda kabupaten Bangka.

Lomba majalah dinding ini digagas Bupati Bangka waktu itu Tarmizi Saat. Namun lomba terhenti beberapa waktu terakhir ini, penyebabnya kkasik yakni tidak ada dana.

Bisa pula pemicunya dikarenakan produk majalah dinding ini jadul. Tidak jamannya lagi, sudah jaman digital dan lain-lain. Alasannya,  mininal media penganti majalah dinding sesuai jamannya bisa dialihkan lomba membuat blog sekolah. Ingin siswa menjadi bloger.

Saya yakin ketika ide membuat lomba majalah dinding itu dicetuskan saat gawai telah merasuki para siswa. Anak sulit melepaskan gawai. Tapi di sekolah anak bisa meninggalkan gawai sejenak.

Anak terikat aturan yang tegas di lingkungan sekolah yakni anak tidak diperbolehkan membawa smartphone, handphone dan alat komunikasi lainnya. Bila yang melanggar aturan ini akan dikenakan sanksi.

Sekolah bisa menjadi tempat anak belajar dan berlatih. Melatih mereka tidak hanya menulis kata dan kalimat tapi melatih tangan mereka untuk menulis indah. Tidak hanya menulis di buku pelajaran tapi dapat pula menulis di majalah dinding.

Melatih menulis siswa dengan tangan yakni semua karya ditempel di majalah dinding ditulis tangan tidak diketik. Seperti lomba yang diselenggarakan Perpusda kabupaten Bangka dengan ketentuan karya majalah dinding ditulis tangan.

Dokpri
Dokpri
Berbagai kreasi yang di tulis tangan untuk melatih siswa menulis indah. 

Selain itu siswa juga menuangkan dalam berbagai bentuk karya diantaranya karikatur dan lukisan. Saya nasih yakin najalah dinding masih menjadi daya tarik bagi siswa untuk menikmati karya rekannya sendiri.

Saya ingat ketika masa SMA di tahun 1980 an masih sebagai pengelola majalah dinding sekolah. Setiap kali terbit majalah dinding selalu ditunggu teman-teman yang ingin membaca puisi, cerpen, opini, editorial dan melihat karikatur.

Lingkungan sekolah bisa "memaksakan" siswa melupakan gawainya sejenak untuk aktif di majalah dinding. Mereka bisa sebagai pengelola (redaktur), penulis lepas dan pembaca.

Disamping itu, siswa juga belajar berorganisasi bagaimana mengelola media massa. Bagainana sistim kerja redaksi, dengan manajemen yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Untuk menghidupkan kembali majalah dinding di sekolah perlu ada dorongan dari internal sekolah yakni para guru. Selain itu dari luar sekolah, seperti yang dilakukan Perpusda kabupaten Bangka dengan menggelar lomba majalah dinding antar sekolah.

Majalah dinding memang produk jadul. Tapi mengedukasi melatih anak menulis indah, menulis kata-kata dan kalimat, mendorong minat baca serta menulis dan berorganisasi.

Menghidupkan majalah dinding di sekolah, setelah mematikan gawai sejenak. Memulai membangun literasi dari sekolah, juga melestarikan produk jadul literasi yakni majalah dinding.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun