Pantai Batu Berakit berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Sungailiat, kabupaten Bangka. Obyek wisata ini belum banyak yang mengenal, yang tahu baru sedikit.
Letak obyek wisata alam ini di lingkungan Kuala, kelurahan Matras. Mungkin tidak semua warga Sungailiat yang tahu keberadaan pantai Batu Berakit.
Pantai ini belum mendapat sentuhan pengembang. Termasuk Pemda setempat belum melirik potensi ini.Â
Saya menuju ke pantai melalui jalan tanah merah yang tidak begitu lebar hanya seukuran satu mobil. Ada tanda menuju obyek wisata ini yakni papan bertuliskan "Pantai Batu Berakit" yang di pasang menuju jalan sempit di antara rumah penduduk.
Setelah melalui jalan tanah merah sepanjang sekitar 200 m saya tiba di kawasan pantai. Seorang pemuda meminta bayaran.
"Berapa?" Tanya saya.
"Lima ribu " jawab pemuda itu.
Pemuda itu penjaga jalan masuk pantai. Saya membayar sesuai yang ia minta untuk 2 orang, saya dan seorang teman. Pembayarannya begitu saja tanpa ada buki pembayaran, seperti karcis misalnya.
Lahan yang berada di pantai-pantai di wilayah Sungailiat sebagian besar dikuasai perseorang. Termasuk pantai Batu Berakit. Tanpa banyak polesan keindahan pantainya sudah bisa mereka jual.
Tidak ada jaminan apapun setelah kita masuk ke pantai ini walaupun kita sudah membayar sama harganya seperti pantai-pantai lain yang sudah mendapat sentuhan investor. Saya tidak tahu aturan seperti apa ketika lahan milik sendiri dijadikan obyek wisata dengan memungut bayaran. Apakah pungutan itu dikenakan pajak restribusi oleh Pemda setempat?
Bila ada kontribusi bagi daerah bisa saja jalan yang merupakan tanah merah menuju ke pantai Batu Berakit bisa diaspal. Jalan ini bila musim hujan sangat becek dan lincin. Saya tidak akan berani memasuki kawasan ini.
Saya tiba di tepi pantai yang sudah disambut bunyi ombak yang tidak begitu kuat. Hamparan pasir putih pantai dan laut membuat ketenangan seketika.
Saya melihat ada beberapa saung sederhana dengan atap asbes. Ingin duduk di saung, tapi saya urungkan nanti diminta biaya sewa. Sayapun menuju tepi pantai, setelah sepeda motor saya kunci. Semoga aman.
Saya berjalan dari tepi pantai menuju beberapa batu dengan melalui air laut yang tidak begitu dalam. Batu granit yang digenangi air laut membuat dinding batu licin, selain itu ada beberapa karang yang menempel di dinding batu yang lumayan tajam sehingga harus berhati-hati.
Sebelumnya kawasan laut ini ada aktifitas tambang inkonfensional apung yang menambang timah di lokasi itu. Termasuk juga terlihat kapal isap. Kegiatan penambangan di laut telah dikeluhkan para pengusaha bidang pariwisata di Bangka.
Pantainya yang landai dengan pasir putih menjadi tempat bermain yang mengasyikkan. Namun untuk berhati-hati bagi para pengunjung untuk bisa menjaga diri masing-masing bila ingin mandi di pantai Batu Berakit karena di sini tidak ada fasilitas apapun termasuk petugas pengamanan pantai yang bisa segera memberikan pertolangan bila terjadi kecelakaan.
Saya sudah menginjakkan kaki di pantai Batu Berakit, yang pengunjungnya baru sedikit. Pantai ini tepat dipilih sebagai tempat berlibur di masa new normal, tidak ada kerumunan massa. Ada beberapa keluarga yang menikmati keindahan pantainya yang tenang.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H