Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Batu Berakit Sungailiat, yang Kenal Baru Sedikit

19 Juni 2020   07:35 Diperbarui: 19 Juni 2020   07:47 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panta Batui Berakit Sungailiat dengan hamparan pasir putihnya (dokpri)


Pantai Batu Berakit berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Sungailiat, kabupaten Bangka. Obyek wisata ini belum banyak yang mengenal, yang tahu baru sedikit.

Letak obyek wisata alam ini di lingkungan Kuala, kelurahan Matras. Mungkin tidak semua warga Sungailiat yang tahu keberadaan pantai Batu Berakit.

Pantai ini belum mendapat sentuhan pengembang. Termasuk Pemda setempat belum melirik potensi ini. 

Indahnya pantai Batu Berakit (dokpri)
Indahnya pantai Batu Berakit (dokpri)
Kawasan pantai Batu Berakit belum ada bangunan permanen. Hanya ada saung sederhana tempat berteduh bagi pengunjung.

Saya menuju ke pantai melalui jalan tanah merah yang tidak begitu lebar hanya seukuran satu mobil. Ada tanda menuju obyek wisata ini yakni papan bertuliskan "Pantai Batu Berakit" yang di pasang menuju jalan sempit di antara rumah penduduk.

Setelah melalui jalan tanah merah sepanjang sekitar 200 m saya tiba di kawasan pantai. Seorang pemuda meminta bayaran.

"Berapa?" Tanya saya.

"Lima ribu " jawab pemuda itu.

Pemuda itu penjaga jalan masuk pantai. Saya membayar sesuai yang ia minta untuk 2 orang, saya dan seorang teman. Pembayarannya begitu saja tanpa ada buki pembayaran, seperti karcis misalnya.

Dokpri
Dokpri
Saya tidak keberatan masalah pungutan. Tapi pantai yang  masih perawan tanpa fasiltas apapun kenyataannya kita harus membayar. Tidak ada lagi pantai-pantai di daerah ini yang gratis bagi warga.

Lahan yang berada di pantai-pantai di wilayah Sungailiat sebagian besar dikuasai perseorang. Termasuk pantai Batu Berakit. Tanpa banyak polesan keindahan pantainya sudah bisa mereka jual.

Tidak ada jaminan apapun setelah kita masuk ke pantai ini walaupun kita sudah membayar sama harganya seperti pantai-pantai lain yang sudah mendapat sentuhan investor. Saya tidak tahu aturan seperti apa ketika lahan milik sendiri dijadikan obyek wisata dengan memungut bayaran. Apakah pungutan itu dikenakan pajak restribusi oleh Pemda setempat?

Jalan tanah merah menuju pantai Batu Berakit (dokpri)
Jalan tanah merah menuju pantai Batu Berakit (dokpri)
Kita serahkan kepada Pemda setempat menyikapi peluang ini. Saya rasa bila dikelola dengan benar dan ada inkam untuk Pemda melalui pajak restribusi, pasti ada timbal baliknya. Pajak yang masuk dari masyakat akan kembali kepada masyarakat diantaranya dalam bentuk pembangunan jalan.

Bila ada kontribusi bagi daerah bisa saja jalan yang merupakan tanah merah menuju ke pantai Batu Berakit bisa diaspal. Jalan ini bila musim hujan sangat becek dan lincin. Saya tidak akan berani memasuki kawasan ini.

Dokpri
Dokpri
Di sepanjang jalan nenuju pantai, di kiri kanan jalan merupakan kebun warga. Sepeda motor yang saya kendarai berjalan perlahan dengan konsentrasi penuh agar rodanya tidak slip karena jalan yang tidak rata.

Saya tiba di tepi pantai yang sudah disambut bunyi ombak yang tidak begitu kuat. Hamparan pasir putih pantai dan laut membuat ketenangan seketika.

Saya melihat ada beberapa saung sederhana dengan atap asbes. Ingin duduk di saung, tapi saya urungkan nanti diminta biaya sewa. Sayapun menuju tepi pantai, setelah sepeda motor saya kunci. Semoga aman.

Saung sederhana di pantai Batu Berakit (dokpri)
Saung sederhana di pantai Batu Berakit (dokpri)
Saya ingin memastikan adanya banyak batu granit yang digenangi air laut. Batu yang terlihat seperti berenang di air laut pantai ini yang diibaratkan rakit itu akhirnya disebut warga sebagai pantai Batu Berakit.

Saya berjalan dari tepi pantai menuju beberapa batu dengan melalui air laut yang tidak begitu dalam. Batu granit yang digenangi air laut membuat dinding batu licin, selain itu ada beberapa karang yang menempel di dinding batu yang lumayan tajam sehingga harus berhati-hati.

Batu granit di air laut Batu Berakit (dokpri)
Batu granit di air laut Batu Berakit (dokpri)
Debur ombaknya yang tenang, lokasi ini juga dijadikan spot memancing yang disukai para pemancing. Air lautnya tampak jernih. Saya melihat tidak tampak ada kegiatan penambang di laut pantai ini.

Sebelumnya kawasan laut ini ada aktifitas tambang inkonfensional apung yang menambang timah di lokasi itu. Termasuk juga terlihat kapal isap. Kegiatan penambangan di laut telah dikeluhkan para pengusaha bidang pariwisata di Bangka.

Dokpri
Dokpri
Saya sebagai pengunjung obyek wisata selalu berharap laut selalu jernih. Seperti yang terlihat di pantai Batu Berakit kali ini.

Pantainya yang landai dengan pasir putih menjadi tempat bermain yang mengasyikkan. Namun untuk berhati-hati bagi para pengunjung untuk bisa menjaga diri masing-masing bila ingin mandi di pantai Batu Berakit karena di sini tidak ada fasilitas apapun termasuk petugas pengamanan pantai yang bisa segera memberikan pertolangan bila terjadi kecelakaan.

Hamparan pasir putih di pantai Batu Berakit (dokpri)
Hamparan pasir putih di pantai Batu Berakit (dokpri)
Pantai Batu Berakit masih asli belum ada polesan. Yang kenal dengan pantai ini baru sedikit. Petugas yang memungut bayaran kepada pengunjung ke obyek wusata ini juga hendaknya dapat mengimbanginya dengan memberikan pelayanan yang memadai layaknya obyek wisata.

Saya sudah menginjakkan kaki di pantai Batu Berakit, yang pengunjungnya baru sedikit. Pantai ini tepat dipilih sebagai tempat berlibur di masa new normal, tidak ada kerumunan massa. Ada beberapa keluarga yang menikmati keindahan pantainya yang tenang.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun